Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2015

Kubah tengah sawah

Kubah Masjid Al-Tsunami begitu orang-orang menyebutnya. Kubah ini letaknya di tengah sawah, di sekitar lereng gunung. Hanya kubah, tidak ada bangunan utuh selayaknya masjid. Awalnya perjalanan ini bermula dari melihat sebuah foto di facebook seorang teman, rasanya penasaran ingin melihat langsung kubah tesebut hingga akhirnya pada Sabtu(24/1) penulis berhasil menjejakkan kaki Kubah mesjid tengah Sawah setelah 10 tahun tsunami yang maha dahsyat hingga adanya kubah ini di tengah sawah.             Seorang pengurus kubah Al-tsunami yang bernama Sariana menghampiri Kami, menyuruh mengisi buku tamu. Sedikit diceritakan tentang kubah ditengah sawah meski beliau harus buru-buru menjemput anaknya dari sekolah. “Ini Cuma kubah dek, Mesjidnya dulu di desa Lamteungoh yang berjarak 2,5 KM dari sini. Waktu tsunami kubah ini terbawa ke tengah sawah desa  kami, desa Gurah, Peukan Bada.” Cerita Sariana yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan istrinya geucik gampong.             Kami shalat

Pengutip liar di Tebing Lamreh

            Sejak kasus penjualan tanah bukit Lamreh seharga 17.000,00 rupiah  untuk pembangunan lapangan golf tahun 2012 lalu mencuap kepermukaan, membuat Lamreh menjadi sasaran untuk di kunjungi. Awalnya lamreh yang berjarak 1 jam dari Darussalam jika membawa sepeda motor kisaran sekitar 50-60 km/jam hanya di kunjungi oleh mahasiswa sejarah baik dari UIN Ar-raniry, Unsyiah dan Universitas Serambi Mekkah.             Saat ini, tempat wisata baru yang sedang menjadi berita hangat di media sosial adalah tebing lamreh, banyak anak muda yang datang kesana setelah melihat foto profil temannya di facebook atau sekedar foto yang diganti di BBM. Tebing Lamreh terletak sebelum pante lhokme atau disebut juga pasir putih.             Tebing Lamreh saat ini sudah menjadi wacana nasional untuk pariwisata yang menurut berita di metro TV mirip pantai uluwatu, Bali. Untuk menuju tebing harus melewati jalan yang sangat memprihatinkan, hanya tanah yang di baru di buka layaknya jalan setapak, m

Mesjid Raya Medan

Banda Aceh mempunyai icon Mesjid Raya Baiturrahman maka kota Medan, icon religinya adalah Masjid Raya Medan. Lokasi Masjid Raya Medan terletak di Jl. Sisingamangaraja, lokasi ke Masjid Raya Medan cukup dekat dengan Istana Maimun, hanya berjalan 20 menit dengan jalan kaki. Masjid raya medan dibangun pada tahun 1906. Gaya design arsitektur merupakan perpaduan Timu Tengah, India dan Spanyol.             Saat ini banyak orang yang bekunjung kesana untuk berwisata. Pada hari Minggu(18/1) Mahasiswa SKI UIN Ar-raniry berkesempatan untuk melihat secara jelas mesjid bersejarah ini. Mesjid ini, banyak pengunjungnya pada hari minggu, ada yang foto prewedding atau sekedar berkunjung saja. Meskipun dipintu masuk sudah di buat tidak nyaman oleh para pengemis ternyata hal ini tidak membuat para wisatawan kapok untuk datang ke Mesjid ini. Untuk masuk ke Mesjid ini tidak dipungut biaya sepeserpun namun jika shalat di Mesjid ini dan begitu masuk ke dalam mesjid langsung di cegat sebab sendal haru

Istana Maimun, Gudang Dunia Melayu

Kuning, begitulah kesan ketika pertama sekali memasuki pagar istana Maimon yang berada di jalan Brigadir Jenderal Katamso, kelurahan Sukaraja, kecamatan Medan Maimun, Medan, Sumatera Utara. Kubah istana bewarna hitam sedangkan yang lainnya di landasi oleh warna kuning sejauh mata memandang. Istana Maimun merupakan salah satu dari istana kerajaan Deli. “Pembangunan Istana ini selesai pada 25 Agustus 1888 M, di masa kekuasaan Sultan Makmun al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun adalah putra sulung Sultan Mahmud Perkasa Alam, pendiri kota Medan. Fotonya ada di dekat singgasana” tunjuk juru kunci Istana Maimun.             Sebelum masuk ke istana ini, ada tugu istana yang berisi tentang info istana Maimun dalam bahasa Belanda. Setelah itu ada sebuah tempat kecil tertutup yang di dalamnya ada sebuah meriam Orang Medan menyebut meriam ini dengan sebutan meriam puntung. Untuk masuk ke tempat meriam puntung ini pengunjung cukup membayar tiga ribu rupiah. “Di dalamnya beneran sema