Langsung ke konten utama

Penghuni Banggai Monsale-Pengajar Muda Banggai

Ini di Gambar Bu As
Banggai Monsale, begitulah hastag instagram yang kami gunakan untuk menunjukkan Banggai bercerita tentang pengalaman setahun di negeri Babasal ini. Kita disatukan oleh satu kata yang disebut dengan penempatan, saat ini dipimpin oleh kepala suku Mas Hari. Baiklah, karena kalian suka sekali penasaran aku dengan siapa akan kukisahkan tentang mereka menurut asumsiku, enak sekali menuliskan bukan? Kita bisa menciptakan tokoh sesuai dengan keinginan kita hehehe. Berikut penghuni dengan berbagai macam kisah yang tidak masuk akal mereka.
Mas Hari begitulah ia memannggil dirinya dan dipaksakan orang lain memanggilnya Mas Har. Apakah dia termaksud yang tua di sini? Tentu saja tidak sebenarnya meski tidak dapat dipungkiri kalau dia itu orang yang punya muka tua. Pemuda asal Jawa Timur ini selalu mengaku berasal dari Jombang tapi ketika Fun Day saat pelatihan ia menceritakan tentang perjalanan hidupnya hingga terbukalah cerita kota kelahirannya masih jauh dari Jombang (lupakan soal asal usul Mas Har yang jomblo terbuka itu, bahas yang lain saja). Sebenarnya aku tidak ingin berasumsi tentang Mas Har ini biar kuberikan gambaran tentang dirinya saja ya. Namanya Harianto Setiawan , tingginya tinggi sekali diantara semua penghuni Banggai Monsale sehingga jika butuh galah atau tongsis untuk selfie lumayan menghemat dengan menggunakan jasa Mas Har ini. Diam-diam ia punya kisah dengan Marina yang di Aceh Utara, jangan tanya kisah apa mungkin kisah yang tertunda atau bisnis pijat. Dulunya, di pelatihan ia dikenal dengan Bank Soal namun sekarang? Selain Bank Soal sebenarnya ia menggantikan Akbar yang di Natuna jadi ibu-ibu gossip kalau di sini dikenal dengan ratunya susupo. Susupo ini berarti gossip dalam bahasa saluan, Mas Har mendedikasikan dirinya secara penuh untuk susupo, ia tidak mau ketinggalan meski sedetik dan separagrafpun soal susupo ini. Meski ingusan (saat flu) ia juga ikut di barisan paling depan untuk susupo. Mas Har ditempatkan di lingkungan orang non Muslim, Desa Solan.
Mas Har selalu foto pura-pura bahagia
Jika ingin mendengar cerita gaib dan segala sesuatu tentang mahluk gaib bisa menghubungi Mak Ilin, sebenarnya nama asli saat potong ayam ketika masih bayi merah adalah Siti Nurfazlina namun saran terbaik jangan memanggilnya siti atau resikonya tanggung sendiri. Aku memanggilnya Kak Ilin, ia teman satu DA Indonesia Mengajar waktu di Medan sudah kuceritakan sedikit tentangnya dulu bukan? Saat ini dengan panggilan “Mak Ilin” ia sudah punya anak sebanyak 42 orang selain PM XIII, Officer IM ditambah sekarang relawan di Banggai baik dari Penyala Banggai maupun Relawan Oke. Sebagai Emak seolah ada kewajiban untuk masak, inilah keahlian paling dirindukan oleh PM XIII tentang kak Ilin, masakan yang enak bahkan soal masak memasak ini ia sudah terkenal di kalangan relawan selain sikapnya yang keibuan itu. Meski dalam kamusku ia orang yang paling banyak berteriak padaku, tidak apa-apa aku memaklumi meski kadang harus ingusan untuk bisa paham (aku sedang flu teman-teman) ia lelah sekali mengajari anaknya masak sampai airpun hangus direbus jadi wajar jika marah-marah dan gagal focus. Kak Ilin ini ditempatkan di Sinorang, daerah yang sinyalnya berlimpah dan cerita mistiknya meluap.
Masih yang tercantik Kak Ilin ini
Bu As, penggambar terbaik di Banggai Monsale dan tidak mau ketinggalan jika Qadry yang penempatan di Aceh Utara sudah mengapload foto maka ia juga akan menggambar dengan segenap daya upaya, berjuang sampai berdarah-darah melawan rasa malas geraknya untuk menggambar cerita Banggai sebagai unjuk kompetitif. Nama lengkapnya Asri Sudarmiati asal dari Cimahi, penempatan di Ampera. Soal Ampera, jika mau minuman cap tikus katanya di produksi di sini, jika hendak merasakan nikmatnya kopi Ampera segera keluarkan uang 400 ribu untuk sebuah kenikmatan tiada tara itu, begitupun jika ingin melihat bintang serasa di galaksi datanglah ke Ampera. Baiklah kembali ke Bu As, ia bendahara di Banggai Monsale punya hubungan gelap dengan yang di Nunukan dan Aceh Utara. Pernah satu kali ketika semua orang di chat dari nunukan perihal sakitnya Bu As sehingga ia dibully semampu si tukang bully. Bu As ini punya pesona magnet dan menarik orang dengan cara yang lembut sehingga tidak heran ia ditaksir pemuda desa. Saranku untuk keselamatan perasaan kalian jangan berbicara dengannya ketika ia sedang memegang handphone karena ia sudah tidak di dunia lagi saat itu pasti kalian akan dicuekin atau minimal menjadi panggilan tak terjawab sehingga menimbulkan baper dan dosisnya akan menyebabkan jantung kronis (loh?).
Bu As selalu foto dengan ceria, pura-pura bahagia dia
Destina, perempuan sunda yang angkatannya termuda diantara kita semua dan merupakan anak Mak Ilin paling mahal untuk dijual bernama lengkap Destina Ratna A. K. K. Sebulan di Banggai, ia sudah diberi cobaan menolak mobil di malam gulita untuk mengantar Bude (Housefam selama di Banggai) karena sakit lalu sehari lalu 29 Desember 2016 ia harus menyaksikan pemakaman Budenya. Cobaan hanya datang pada bahu yang mampu menanggungnya, untuk pemakai rompi pertama IM dan juga pelari lima putaran setiap olahraga pagi ketika pelatihan Destina layak diacungi jempol untuk ketabahannya. Ia tidak banyak berbicara hanya bekerja saja sehingga ketika ia lelah bekerja rautnya akan meneriakkannya, ia selalu ingin menjadi superhero disetiap tindakannya. Ia ditempatkan di Batui lima, daerah gunung yang panas.
Teman Berantem dan teman cerita tentang kelas V- Sipositif
Kak Iin, perempuan Batak yang bernama bagus Indah Alsita Simagunsong ini fotografer terbaik di Banggai Monsale. Jangan memanggilnya Indah atau terjadi hal yang tidak diinginkan nantinya meski tidak separah yang dipanggil “siti” mungkin cukup menjadi bencana. Nah, kak Iin ini orang paling perhatian padaku dari semua orang yang di Banggai Monsale, jangan laporkan kesusahan padanya atau kau akan menyusahkannya. Ia bergerak cepat sekali untuk membantu meski hanya membantu temenin ke kamar mandi ketika jam 1 malam. Ia ditempatkan di Tompotika Makmur, sebuah desa yang dihuni oleh orang bali sehingga terasa seperti Banggai rasa Bali dengan pura-pura indah di sana.
Kakak yang sejak Champ kuikuti karena kacamatanya-IIN
Spc Ondol-Ondolu, itulah Desa penempatan Abang Timor Pengembara. Ia orang Sumatera, tepatnya di Lampung jadi aku memanggilnya “Abang” biar ada perbedaan sebenarnya. Ia menjadi pawangnya anggun (motor warisan PM sebelumnya), motor yang sering dibawa pacal (tarik tiga) jika sedang di Luwuk. Abang ini juga punya hubungan samar-samar dengan yang di Natuna. Tidak banyak yang ingin diceritakan tentangnya soalnya orangnya random gitu, kadang menjadi baik tidak tentu arah, tidak jarang jadi orang terkejam sejagat.
Abang dari Lampung-Timor
Kembaran tidak jelas namanya Jusfandi Nicolas dicampakkan di Lobu. Jangan dekat jika ia sedang sakit mata, ia akan memakai kaca mata terbaiknya dan juga jangan mengajaknya karoeke karena ia sedang tergila-gila pada lagu selimut tetangga. Ia pernah diberi uang oleh relawan karena menjadi juri dan dengan jiwa besar idealis full sampai sakit mata ia menolak uang itu, dikembalikan lagi pada si pemberi. Lagi, ia bukan orang yang layak diajak bicara saat dia sedang memengang handphone atau sedang focus dengan kerjaannya.
Kembaran gak jelas, minta ada panggilan. Panggil Oppa atau Ajumma ya?

Inilah cerita dalam kenal, perkenalanan dengan penghuni bangsal Banggai Monsale. Seperti bintang, andai sinarnya masih untuk aku, seperti ombak, debar jantungku setiap melihat mereka berkembang menjadi orang hebat yang berguna bagi agama dan bangsa, tumbuh dengan amat membanggakan sepertiku yang terus belajar dari mereka (ini bagian kehabisan ide, hingga endingnya dipaksakan)

Ini aku, pelengkap saja dalam cerita ini seperti S.P.O.K dalam bahasa Indonesia agar menjadi kalimat sempurna.
Aku, Nita Juniarti yang hobi kesal sendiri jika melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan fikiranku. Aku yang belajar banyak dari 7 penghuni Banggai Monsale lain dan mengajar di SDN 2 Inpres Baya, sebenarnya bukan mengajar sih baru belajar dan mencoba berbagi pada anak yang usianya 13 tahun muda dariku, belajar menikmati film masa lalu dari mereka.
Semangat untuk semua Pengajar Muda di Seluruh Indonesia :) doaku masih untuk 32 orang lain di kabupaten Aceh Utara, Nunukan, Natuna, dan Pergunungan Bintang.

Komentar

  1. Sayang sekali dengan Ibu Nita :* kutunggu cerita ceritamu yang fantastis!!

    BalasHapus
  2. Hahaha Ibu Destin :D
    Ayo tulis juga

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk ke Bendungan Brayen, Aceh Besar

Nita Juniarti AcehNews.net –  Bendungan Brayen merupakan hasil dari ekspresi keindahan alam dengan perbuatan manusia. Bendungan ini berada di Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh jaraknya sekitar 30 Kilomoter  dari Banda Aceh. Tidak sulit mencarinya, melewati jalur pantai Barat-Selatan, nanti Anda akan menemukan papan bertuliskan  “Wisata Brayen”. Kemudian dari arah pintu masuk tersebut Anda bisa terus berjalan ke lokasi wisata, lebih kurang 100 meter. Ada yang view yang indah saat Anda melintas di jalan masuk tersebut. Jalan lintasan masyarakat kampung yang masih alami ini akan memberi  landscape , sawah tadah hujan dan masyarakat yang berlalu lalang. Jika sedang musim hujan maka harus ekstra hati-hati saat melalui jalan ini. Nita Juniarti-Teman KPM PAR MAheng Biasanya tempat ini dikunjungi oleh keluarga, kaulah muda di hari libur khususnya pukul 15.00 yang paling ramai dikunjungi. Tiket masuknya hanya Rp2.000 per orang dan parkir dengan harga yang sama. Air s

Prasangka

  Meski sudah belajar banyak, meski sudah tau tips ini itu, sungguh tidak mudah bagi seorang perempuan mengatasi perasaannya sendiri, rasanya teramat mustahil baginya setiap kali ia mengalami guncangan perasaan. Jun dan Wi jarang bertengkar, selama LDRan, Dunia yang berada dalam resesi membuat mereka semakin kalut dengan pertahanan masing-masing. Rencana pernikahan harus ditunda, keadaan tidak memungkinkan. Biasanya salah satu dari mereka mengalah agar tidak terjadi pertengkaran hebat, tapi tidak malam itu, mereka sama-sama jenuh.  "Aku capek sekali, berusaha sebisa mungkin  untuk niat baik. Tapi barangkali kau memahaminya berbeda" teriak Jun diseberang sana  "Kalo kau capek : berhentilah" Wi balas berteriak "Cari uang untuk bisa melamarmu siang dan malam, yakinkan Umi, mama, kamu, dan bahkan meyakinkan dirimu juga aku, semuanya harus kulakukan sendiri. Aneh, bukannya kau yang terdengar ingin berhenti" "Dan aku ga pernah ada bersama kau?" "J

Cerita Film : Jembatan Pensil

Film Jembatan pensil. Latar belakang dari film ini adalah suasana di perkampungan suku Muna, Sulawesi Tenggara. Menariknya, film yang mengangkat kisah Ondeng, si anak berkebutuhan khusus tapi selalu setia pada teman-temannya. Empat sekawan itu bernama Inal, Aska, Nia dan Ondeng berjuang mencari pendidikan dari guru mereka di sebuah sekolah gratis. Inal dan Ondeng sama-sama memiliki kekurangan fisik dan mental. Inal adalah anak tuna netra, sedangkan Ondeng terbelakang secara mental. Keterbatasan yang mereka miliki tak pernah sedikitpun melunturkan niat mereka mencari pendidikan. Ondeng, sangat pintar menggambar. Semua dia gambar salah satu gambarnya adalah jembatan yang sering di lewati oleh teman-temannya. Ondeng rajin sekali menabung, sebab jembatan yang teman-temannya lewati sudah sangat rapuh. Ia ingin menganti jembatan itu. Namun, uang Ondeng belum cukup untuk membuat jembatan malah suatu hari jembatan itu  rubuh saat mereka melintas. Ondeng yang rumahnya lebih jauh dan selal