Langsung ke konten utama

Hasil seminar sehari : Guru abad 21


Hasil Seminar sehari bersama mbak Asta Dewanti S. SPI (Salah satu Narasumber RuBi abdya 2018)
1. Setiap orang pertama sekali menjadi orangtua maka ia ingin melakukan yang terbaik. Sedangkan bagi anak yang pertama sekali menjadi anak maka ia menganggal dirinya paling utama
2.orang tua menganggap bahwa dirinya tau segalanya dan menganggap anak tidak tau apa-apa padahal anak ingin di dengarkan.
3. Sekolah adalah tempat membuang semua masalah di rumah, lingkungan masyarakat dll
4. Guru seolah punya kewajiban untuk membuat anak lebih baik tanpa mau tau apapun kendala si guru di sekolah. Harus jadi super pendidik, semua anak wajib diperhatikan. Seharusnya selalu ada kerjasama antara guru, orangtua dan lingkungan masyarakat agar si anak lebih baik bukan cuma kewajiban guru saja.
5. Sekolah seolah tempat penitipan anak agar digembleng dan tempat mengekspresikan diri dari segala masalah di rumah. Jika anak jadi tidak baik maka sekolah disalahkan tapi jika anak menjadi anak baik maka orangtua yang dipuji. Harusnya sebelum sekolah semua permasalahan anak selesai agar ketika sampai di sekolah ia benar-benar siap menerima pelajaran.
6. Cara berkomunikasi dengan kids jaman now : berbicaranya setara dengan anak, perhatikan matanya, dengarkan cerita si anak dengan baik, ajak anak menggambarkan apa yang dia rasakan agar tidak ada stress dalam dirinya.
7. Manusia mempunyai 5 emosi : khawatir, takut, marah, sedih, dan ngotot. Semua emosi ini berhubungan dengan kesehatan maka harus dijaga tetap stabil
8. Tekanan yang biasa muncul di kalangan remaja : stress karena harus dapat nilai bagus, bullying, body image (tidak pede dengan badan sendiri), fanatisme dan pornografi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk ke Bendungan Brayen, Aceh Besar

Nita Juniarti AcehNews.net –  Bendungan Brayen merupakan hasil dari ekspresi keindahan alam dengan perbuatan manusia. Bendungan ini berada di Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh jaraknya sekitar 30 Kilomoter  dari Banda Aceh. Tidak sulit mencarinya, melewati jalur pantai Barat-Selatan, nanti Anda akan menemukan papan bertuliskan  “Wisata Brayen”. Kemudian dari arah pintu masuk tersebut Anda bisa terus berjalan ke lokasi wisata, lebih kurang 100 meter. Ada yang view yang indah saat Anda melintas di jalan masuk tersebut. Jalan lintasan masyarakat kampung yang masih alami ini akan memberi  landscape , sawah tadah hujan dan masyarakat yang berlalu lalang. Jika sedang musim hujan maka harus ekstra hati-hati saat melalui jalan ini. Nita Juniarti-Teman KPM PAR MAheng Biasanya tempat ini dikunjungi oleh keluarga, kaulah muda di hari libur khususnya pukul 15.00 yang paling ramai dikunjungi. Tiket masuknya hanya Rp2.000 per orang dan parkir dengan harga yang sama. Air s

Prasangka

  Meski sudah belajar banyak, meski sudah tau tips ini itu, sungguh tidak mudah bagi seorang perempuan mengatasi perasaannya sendiri, rasanya teramat mustahil baginya setiap kali ia mengalami guncangan perasaan. Jun dan Wi jarang bertengkar, selama LDRan, Dunia yang berada dalam resesi membuat mereka semakin kalut dengan pertahanan masing-masing. Rencana pernikahan harus ditunda, keadaan tidak memungkinkan. Biasanya salah satu dari mereka mengalah agar tidak terjadi pertengkaran hebat, tapi tidak malam itu, mereka sama-sama jenuh.  "Aku capek sekali, berusaha sebisa mungkin  untuk niat baik. Tapi barangkali kau memahaminya berbeda" teriak Jun diseberang sana  "Kalo kau capek : berhentilah" Wi balas berteriak "Cari uang untuk bisa melamarmu siang dan malam, yakinkan Umi, mama, kamu, dan bahkan meyakinkan dirimu juga aku, semuanya harus kulakukan sendiri. Aneh, bukannya kau yang terdengar ingin berhenti" "Dan aku ga pernah ada bersama kau?" "J

Cerita Film : Jembatan Pensil

Film Jembatan pensil. Latar belakang dari film ini adalah suasana di perkampungan suku Muna, Sulawesi Tenggara. Menariknya, film yang mengangkat kisah Ondeng, si anak berkebutuhan khusus tapi selalu setia pada teman-temannya. Empat sekawan itu bernama Inal, Aska, Nia dan Ondeng berjuang mencari pendidikan dari guru mereka di sebuah sekolah gratis. Inal dan Ondeng sama-sama memiliki kekurangan fisik dan mental. Inal adalah anak tuna netra, sedangkan Ondeng terbelakang secara mental. Keterbatasan yang mereka miliki tak pernah sedikitpun melunturkan niat mereka mencari pendidikan. Ondeng, sangat pintar menggambar. Semua dia gambar salah satu gambarnya adalah jembatan yang sering di lewati oleh teman-temannya. Ondeng rajin sekali menabung, sebab jembatan yang teman-temannya lewati sudah sangat rapuh. Ia ingin menganti jembatan itu. Namun, uang Ondeng belum cukup untuk membuat jembatan malah suatu hari jembatan itu  rubuh saat mereka melintas. Ondeng yang rumahnya lebih jauh dan selal