Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Makna Kehilangan

Pulau Gosong, Sampah dan Kita

Anggota liburan 10 Maret lalu, setelah berjanji berbulan-bulan akhirnya terwujud panitia lokal RuBI Abdya main ke Pulau Gosong. Seperti anak muda jaman hits lainnya, main ke gosong yang terkenal enak untuk mandi dan berenang. Kami menghabiskan waktu separuh hari untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan hati kami. Lantas kemudian, makan bersama setelah susah payah mengipasi ikan panggang. Bercerita sejenak, bersantai hingga ketika hari mendung dan kami harus pulang, kami memutuskan untuk memilih sampah yang bertebaran di pinggir pantai pulau gosong. Dapat sekarung. Memilih sampah dipinggir pulau Lalu pulang, saat sampai di darat. "apa ini?" "sampah pak" "kenapa dibawa pulang?" "jangan kotor laut pak" "kami saja buang terus sampah ke laut, kalian malah bawa pulang" "nah? Laut bukan tempat sampah pak" Kami tau, hal ini kecil dan tidak berdampak banyak tapi setidaknya kami sudah belajar mengurangi sam

Rabbani Fair dan Kita

Rabbani Fair dasarnya adalah promo sekolah. Saya bekerja di SDIT hampir setahun, tidak banyak yang dikerjakan hanya memantik beberapa perubahan. Promo sekolah, begitulah. Seperti kebanyakan sekolah swasta lainnya, SDIT harus promosi agar sekolah dikenal dan diminati masyarakat. Tapi, di mana dan kapanpun hukum kualitas selalu berbicara. Banyak sekolah, jika sekolah yang berkualitas akan didatangi juga. Namun, yang ingin saya ceritakan adalah tentang Panitia Rabbani Fair ini, saya yakin 99% dari mereka adalah orang-orang dengan kepribadian Persiving. Tidak suka dengan planning organizing yang baik, bukan ingin membuat perbandingan tapi hanya mengambil pelajaran saja. Bahwa orang-orang ini, ternyata juga bisa menyelesaikan kegiatan besar dan mereka segera mengatasi masalah masa itu juga. Yang tidak terbantahkan adalah rasa nyaman dalam berteman, rasa nyaman itu yang membuat mereka terus bekerja dengan senang hati, sami'na wa attaqna terhadap pemimpin dapat diancungi jempol, tida

Olimpiade Sains KUARK dan Janji Terakhir

Deg-degkan padahal semuanya siap sudah. Rasanya tidak ada yang terlewatkan. Namun, aku tetap deg-degkan tidak karuan. Pagi-pagi beberapa guru yang biasanya datang telat sudah datang. Olimpiade Sains KUARK ini sejarah baru bagi Kabupatenku, Aceh Barat Daya. Berawal dari kesempatan menjadi pengajar Muda di Banggai, pulangnya aku berjanji melakukan hal yang pernah dilakukan di penempatan. Janji terakhir itu adalah Olimpiade Sains KUARK.  24 tim hebat yang mendukung agenda besar ini. Guru-guru yang terlibat adalah guru SDIT, peserta sebanyak 53 orang dan semuanya bekerjasama. Apa yang saya syukuri? Teman-teman yang baik yang mendukung segala impian terakhir itu terwujud. Masya Allah, ketika melihat anak-anak serius mengerjakan soal. Perwakilan dari beberapa SD itu membuat saya bersyukur, kecil memang tapi saya sudah ikut terlibat pada perbaikan pendidikan daerah ini. Terima kasih ya Allah atas kesempatan yang tidak terhingga ini. Janji sarjana masih sama, pergi untuk mencari pengetahua

Lampung : Yang belum Selesai di Jelajahi

Ada banyak ajakan disuruh pergi dari zona nyaman agar banyak pengalaman maka mari berpetualang. Nah, pertualangan paling drama itu ke Mesuji. Setelah penutupan Muara Enim Cerdas, malamnya berangkat naik kereta ke Palembang dan sampai terlalu cepat sehingga menggembel di stasiun Kertapati. Paginya menumpang buat rusuh di rumah Dikun sampai kejar-kejaran dengan waktu untuk mendapatkan travel ke Lampung. Perjalanan ke Mesuji di mulai jam 11 siang dari kampung empek-empek Palembang. Perjalanan baru bukan tentang menemukan mertua tapi tentang melipat jarak. Kalo ibunya bersedia dijadiin mertua boleh sih *apa sih nit. Bang Tim, bener kali ini aku ke rumahnya. 6 jam perjalanan naik travel dari Palembang. Satu jam lagi naik motor ke rumahnya berhubung hujan, jalan ke sana berubah jadi jalanan semendo, jalanan hendak ke batui dari bakong atau jalan ampera. Ternyata bang Tim ndak perlu jadi PM udah terlatih. Pantes waktu bonceng di Banggai dulu ndak pernah jatuh. "sebenarnya mau j

Belajar dan Terus mengupgrade diri, Catatan 6 Bulan RuBI

"It is our choices, that show what we truly are, far more than our abilities" - Albus Dumbledore - 6 Orang panitia Ruang berbagi Ilmu Aceh Barat Daya telah Allah jodohkan kami untuk sedikit menyicil janji pada ibu pertiwi. 6 Orang panitia yang bukan kaleng-kaleng, saya belajar dari mereka. Hari-hari yang kami jalani selama Ruang Berbagi ilmu (RuBI) tidaklah mudah. Bayangkanlah, kami berenam harus dikagetkan dengan peserta sebanyak hampir 150 orang. Tidak ada yang menduga. Pada hari H kami masih berlarian ke sana ke mari sebab kursi belum diatur dan ruangan belum beres. Beberapa guru membicarakan kami, kami ditinggalkan begitu saja kesannya, berenam bekerja. Namun, kami dikirimi 13 orang narasumber yang tidak tergantikan, mereka datang menolong mengangkat kursi, membantu dengan sigap. Wajaj-wajah sudah tidak karuan berubah menjadi tawa tidak tertahankan ketika melihat aksi guru-guru Aceh Barat Daya dengan tome-tome, maka kami bertanya haruskah kami menyerah pada perjua