Langsung ke konten utama

Wartawan Profesi tertua di Dunia dan Berat.

Cisarua (22/4) pembukaan pelatihan peningkatan pemahaman hak konstitusional bagi warga negara dan wartawan se-indonesia, di Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi jalan Puncak, KM.83, Cisarua Bogor telah di mulai. Peserta yang datang dari Aceh, Medan, Natuna, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua mengikuti tehnical meeting bersama kepala sekolah dan staff pusat pendidikan dan konstational. Kegiatan ini merupakan bentuk kerja sama yang akan tetap berlangsung selama 5 tahun mendatang menurut MOU antara Mahkamah Konstitusi (MK) RI dengan Dewan Pers. Saat pembukaan, ketua panitia M. Guntur Hamzah, Sekretaris Jenderal Mahkamah Konstitusi menyebutkan bahwa peserta tahun ini harusnya 160 orang. Ia juga mengatakan bahwa Profesi wartawan sudah ada sejak manusia membutuhkan informasi. Adapun tujuan pelatihan ini dilaksanakan antara lain meningkatkan pemahaman, kesadaran dan ketaatan terhadap pancasila dan konstitusi. Meningkatkan pemahaman dan menyamakan persepsi masyarakat mengenai konstitusi dan hukum acara Mahkamah Konstitusi serta isu ketatanegaraan.
Kegiatan ini akan berlangsung dari 22 april-25 April 2019 ini. Dalam kata sambutannya ketua dewan pers, Yosep Stanley Adi Prasetyo dalam kata sambutannya mengatakan bahwa
 Pemilu serentak di Indonesia 2019 yang membuat masyarakat punya hak memilih  presiden dan wakil presiden, anggota DPR-RI, anggota DPRD Provinsi, anggota DPRD Kabupaten/Kota, anggota DPD. Pemilu 2019 paling rumit di dunia baik dari sisi wilayah, demografi dan juga pelaksanaannya. Peran pers dan fungsi pers : menyebarkan informasi aktual, adil. Pers perlu melakukan cek dan ricek atas semua data. Pers fokus pada penyelesaian masalah.
Tidak hanya itu, pernyataan Dr. Anwar Usman, S. H., M. H yang menjabat sebagai ketua Mahkamah Konstitusi dalam pidato pembukaannya menyatakan bahwa Pekerjaan wartawan itu berat karena harus menyampaikan kebenaran. Rekan wartawan menyampaikan sebuah kebenaran bukan hanya sebuah berita. (Nita Juniarti)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk ke Bendungan Brayen, Aceh Besar

Nita Juniarti AcehNews.net –  Bendungan Brayen merupakan hasil dari ekspresi keindahan alam dengan perbuatan manusia. Bendungan ini berada di Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh jaraknya sekitar 30 Kilomoter  dari Banda Aceh. Tidak sulit mencarinya, melewati jalur pantai Barat-Selatan, nanti Anda akan menemukan papan bertuliskan  “Wisata Brayen”. Kemudian dari arah pintu masuk tersebut Anda bisa terus berjalan ke lokasi wisata, lebih kurang 100 meter. Ada yang view yang indah saat Anda melintas di jalan masuk tersebut. Jalan lintasan masyarakat kampung yang masih alami ini akan memberi  landscape , sawah tadah hujan dan masyarakat yang berlalu lalang. Jika sedang musim hujan maka harus ekstra hati-hati saat melalui jalan ini. Nita Juniarti-Teman KPM PAR MAheng Biasanya tempat ini dikunjungi oleh keluarga, kaulah muda di hari libur khususnya pukul 15.00 yang paling ramai dikunjungi. Tiket masuknya hanya Rp2.000 per orang dan parkir dengan harga yang sama. Air s

Prasangka

  Meski sudah belajar banyak, meski sudah tau tips ini itu, sungguh tidak mudah bagi seorang perempuan mengatasi perasaannya sendiri, rasanya teramat mustahil baginya setiap kali ia mengalami guncangan perasaan. Jun dan Wi jarang bertengkar, selama LDRan, Dunia yang berada dalam resesi membuat mereka semakin kalut dengan pertahanan masing-masing. Rencana pernikahan harus ditunda, keadaan tidak memungkinkan. Biasanya salah satu dari mereka mengalah agar tidak terjadi pertengkaran hebat, tapi tidak malam itu, mereka sama-sama jenuh.  "Aku capek sekali, berusaha sebisa mungkin  untuk niat baik. Tapi barangkali kau memahaminya berbeda" teriak Jun diseberang sana  "Kalo kau capek : berhentilah" Wi balas berteriak "Cari uang untuk bisa melamarmu siang dan malam, yakinkan Umi, mama, kamu, dan bahkan meyakinkan dirimu juga aku, semuanya harus kulakukan sendiri. Aneh, bukannya kau yang terdengar ingin berhenti" "Dan aku ga pernah ada bersama kau?" "J

Cerita Film : Jembatan Pensil

Film Jembatan pensil. Latar belakang dari film ini adalah suasana di perkampungan suku Muna, Sulawesi Tenggara. Menariknya, film yang mengangkat kisah Ondeng, si anak berkebutuhan khusus tapi selalu setia pada teman-temannya. Empat sekawan itu bernama Inal, Aska, Nia dan Ondeng berjuang mencari pendidikan dari guru mereka di sebuah sekolah gratis. Inal dan Ondeng sama-sama memiliki kekurangan fisik dan mental. Inal adalah anak tuna netra, sedangkan Ondeng terbelakang secara mental. Keterbatasan yang mereka miliki tak pernah sedikitpun melunturkan niat mereka mencari pendidikan. Ondeng, sangat pintar menggambar. Semua dia gambar salah satu gambarnya adalah jembatan yang sering di lewati oleh teman-temannya. Ondeng rajin sekali menabung, sebab jembatan yang teman-temannya lewati sudah sangat rapuh. Ia ingin menganti jembatan itu. Namun, uang Ondeng belum cukup untuk membuat jembatan malah suatu hari jembatan itu  rubuh saat mereka melintas. Ondeng yang rumahnya lebih jauh dan selal