Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2015

Kain tenun

Pelestarian pusaka (warisan budaya), baik alam maupun budaya hingga saat ini belum dianggap sebagai hal yang penting. Hal itu disebabkan berbagai alasan, mulai dari anggapan bahwa pelestarian adalah anti kemajuan atau perkembangan hingga pada anggapan bahwa pelestarian tidak menguntungkan secara ekonomis. Dengan demikian, dianggap kecil kontribusinya bagi kesejahteraan masyarakat dan peningkatan kualitas lingkungan hidup. Akan tetapi, di beberapa negara maju, pelestarian pusaka alam dan budaya, baik yang tangible (bendawi) maupun intangible (non-bendawi) dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan ekonomi masyarakatnya serta menjamin keberlanjutan pembangunan. Berdasarkan pemahaman di atas, warisan budaya Aceh memiliki potensi daya tarik wisata. Warisan budaya mampu menarik pengunjung, baik wisatawan lokal, Nusantara, maupun mancanegara, sehingga warisan budaya dapat menjadi objek dan atraksi wisata utama, bahkan andalan atau icon di Aceh. Negara-negara maju di dunia, seperti Pran

Aceh Membara

Aceh kayaknya nggak pernah sepi dari konflik. Tanah Rencong ini benar-benar subur banget dengan pergolakan. Nggak percaya? Sejak kamu bisa melek, mungkin cerita yang disodorkan tentang Aceh adalah kekerasan. Sangat boleh jadi, kisah tentang kampung halamannya Tjut Nyak Dien ini adalah sebuah pergolakan, yang tentunya pula dibumbui dengan adegan berdarah-darah. Yup, Aceh memang bersimbah darah. Sobat muda muslim, kita pengen ngajak kamu berpikir politis dalam kasus ini. Tapi bukan berarti kudu terjun ke dunia politik praktis ya? Kita sekadar ngajak kamu berpikir politis. Anak muda kudu hebat dong dalam masalah ini. Supaya nggak identik terus dengan urusan hura-hura dan miskin idealisme. Inilah saatnya membangun imej baru tentang kiprah remaja Islam euy! Remaja pun kudu ngeh politik. Oke? Oke deh, sekadar tahu aja bahwa pergolakan Aceh belakangan ini, kian menjadi-jadi setelah GAM diproklamirkan pada 4 Desember 1976. Gerakan Aceh Merdeka ini getol banget merongrong kedaulatan NKRI.

Jalan tikus menuju antrean kekuasaan

saat ini, puluhan pasangan calon yang telah mengajukan diri menjadi pemimpin setiap daerah. Konon, bulan mendatang akan di laksanakannya pilkada dan pemilihan bupati. Bukan rahasia jika ada yang telah menjadi pejabat ada yang mencoba peruntungan di pemilu mendatang, istilahnya sih 'mana tau terpilih lagi'. Jika mencontoh negara maju seperti Amerika serikat, menjadi presiden saja mereka enggan dua kali apalagi pejabat-pejabat di tingkat dua istilahnya sih "gak banget, masih ada kesempatan orang lain". Padahal prilaku masa lalu saat mereka menjabat tidak etis merupakan pelajaran pahit yang harus selalu di ingat. Tentu saja setiap media telah merekam apa saja jalan "tikus" yang mereka gunakan untuk mengalahkan lawan-lawan politiknya hingga mereka menjabat. Yang di maksud jalan "tikus" di sini adalah jalan pintas menuju antrean kekuasaan, karena bukan satu dua orang yang mencalonkan diri menjadi pejabat tinggi negeri ini namun ada beberapa calon

Program Sekolah

Jalan adalah tempat belajar, kemanapun pergi setidaknya melihat sedikit bumi Tuhan. Di akhir semester, sebuah sekolah swasta mengadakan sebuah program yang disebut dengan program osis champ dan saya satu dari orang yang ikut dalam kegiatan ini. Beberapa tahun sudah perjalanan saya meniti karir di sekolah swasta ini. beberapa kali pula mengikuti kegiatan yang diadakan oleh sekolah.  Program osis Champ semeter ini, kita menuju ke Medan, sebuah kota adikny metropolitan.Namun siapa sangka ternyata kota macet ini mempunya sebuah pesona, pesona museum, ahah.. tidak ego sejarahnya terbawa. sebuah museum yang ada disana adalah museum rahmat, dimana isinya smua hewan-hewan dari berbagai negara dengan berbagai bentuk yang sudah diawetkan. harus kuakui ini kali pertama aku kesana. Luar biasa takutnya belum lagi ke safari night, aku tipe yang takut soal ini namun selalu ada pelajaran tiap perjalanan bukan? agenda saat itu adalah : 1. Menginap di Taman Simalem 2. Kegiatan di Taman Sima