Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2016

Kudis

Masa yang tak berawal dan entah kapan berakhir, segalanya menanti dalam gelisahnya jiwa. Ruang kerja yang sepi, Risqi tertegun dalam kehampaan yang mengikat raganya. Di sentuhnya tirai waktu, ini sudah berlalu tiga belas tahun yang lalu sejak kejadian tersebut. Waktu berputar seolah mengelamkan luka basah yang kini menjadi bekas kudis saja tapi tiba-tiba luka kudis itu kembali basah menjadi kudis bergetah. Foto-foto lelaki itu berserak di lantai ditatap dengan mata nanar oleh Risqi, mata itu sudah lama memerah menyimpan semuanya sendiri. Nama itu jelas masih terpatri diingatannya hingga tahun-tahun melewati lembar kisah hidupnya. Bayang tentang pemilik nama seakan mengikut kemanapun ia pergi, di Pantai, tikungan jalan, bergelantung di dahan pohon-pohon, dan lainnya namun sebenarnya bayang itu tidak penah di sana hanya tersangkut di bulu matanya sehingga tidak pernah tinggal kemanapun ia pergi, meski waktu sudah berlalu tiga belas tahun. Walau didera waktu, ia masih lekat menggin

Rotan

Bertelanjang kaki Inong berlari, tidak peduli bercak-bercak becek membasahi ujung roknya. Hujan baru saja reda, bau segau masih saja tercium kental. Inong terus berlari, kakinya terkena batu mulai berdarah namun ia sudah mati rasa, ia terus berlari seperti kerasukan setan.             Kerumunan orang di Menasah bertambah ramai sepersekian detik, tidak peduli becek dan hujan mulai turun gerimis. Panggung besar tergelar di depan Menasah, orang berpakaian putih dan bertopeng muka sudah di atas panggung, tidak ada yang tau siapa dibalik jubah itu.             Sembilan orang laki-laki setengah baya digiring naik, seperti mengiring sapi-sapi ke perahan. Sembilan laki-laki itu tertunduk malu dan terlihat di wajah mereka penyesalan panjang. Nafas tertahan, desahan panjang bercampur dengan bau gerimis.             Desas-desus terdengar, sebagian lagi bersiap mengambil kamera untuk mengupdate berita terkini di media sosial. Inong terengah-engah sampai dikerumunan orang. Ia menyalib ma