PERADABAN LEMBAH SUNGAI GANGGA
DI
SUSUN
OLEH
:
THUHRAH (5111024)
FAKULTAS
ADAB
JURUSAN
ASK
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI AR-RANIRY
2012
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, karena Allah dan segala yang
di limpahkan kepada Saya sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah ini dan
berkat bantuan dari berbagai pihak baik
moril maupun materil sehingga makalah
ini dapat di selesaikan. Adapun tujuan makalah ini di buat untuk melengkapi tugas Sejarah Dunia.
Ucapan terima kasih kepada Dosen
pembimbing yang telah mengajarkan Saya untuk mengerjakan tugas dengan baik.
Akhir kata, kritik dan saran sangat
di harapkan untuk perbaikan makalah ini di masa yang akan datang. Terima kasih.
Darusslam, 12 November 2012
Kelompok III
BAB
I
PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG[1]
Sungai Gangga dan Yamuna, yang
disucikan uman Hindu itu, pada jaman teknologi mutahir ini, banyak
dipergujingkan orang. Memang kenyataan lahiriah, kalau kita datang ketepian
sungai Gangga dan Yamuna, akan melihat sendiri airnya sangat keruh, apalagi
sedang banjir. Keruh bukan akibat erosi tanah, tapi juga karena abu hasil
pembakaran jenasah yang dihanyutkan. Malahan kadang-kadang, bangkai-bangkai
manusiapun kita temukan di sana. Mengapa sungai yang disucikan dikotori dengan
bangkai-bangkai manusia?" Umat Hindu di jagat ini memiliki filsafat, yang
dipercayai kebenarannya. Percaya bahwa pada hakekatnya badang kasar manusia itu
tak berbeda dengan pakaian. Jika ia sudah robek atau usang, dapat dibuang
begitu saja.Badan kasar manusia, terbentuk dari unsur panca maha bhuta, yakni:
pertiwi, membentuk tulang-tulang dan daging; apah membentuk segala cairan dalam
tubuh; bayu membentuk udara yang diperlukan dalam pernafasan; teja membentuk
panas badan dan sinar mata; dan akasa membentuk rambut dan bulu. Unsur-unsur
pembentuk badan kasar tersebut, sama dengan unsure kasar tersebut, sama dengan
unsur yang membentuk alam sementa ini. Oleh karena itulah, umat Hindu membakar
jenazah, yang bertujuan untuk mempercepat proses kembalinya unsur tersebut
kepada asalnya, yaitu alam semesta.
Umat
Hindu di India, terutama yang bertempat tinggal disekitar sungai Gangga dan
Yamuna, mereka yang mampu, dapat malakukan pembakaran mayat dengan sempurna.
Tetapi bagi mereka yang tidak mampu, membakar mayat hanya sampai habis kayu api
yang dapat disediakan. Sedangkan tulang-tulang yang belum menjadi abu, dibuang
begitu saja ke sungai tersebut. Malahan pada saat terjadinya wabah, yang banyak
menimbulkan kematian, sehingga tidak mungkin mempu membakarnya, maka
mayat-mayat itu dihanyutkan begitu saja ke Sungai Gangga ataupun Sungai Yamuna.
Pada saat seperti inilah, pamandangan di Sungai Gangga, yang penuh dengan
bangkai bergelimpangan itu sangat mejijikkan dan mengerikan. "Mengapa
tidak menguburkannya saja, dari pada mayat-mayat itu dihanyutkan ke
sungai?" Karena kepercayaan yang sangat dalamlah, mereka memilih
menghanyutkan dari pada menguburkannya. Air Sungai Gangga tetap suci, walaupun
dikotori dengan bangkai. Kesuciannya laksana bunga teratai yang tumbuh di kolam
berlumpur. Walaupun airnya keruh tetapi teratai itu tetap berbunga cemerlang tak
ternodai Lumpur sedikit pun.
BAB II
PEMBAHASAN
A. LETAK
GEOGRAFIS SUNGAI GANGGA
Delta
Sungai Gangga (juga disebut Delta Sunderbahn-Delta Benggala) ialah delta sungai
di Asia Selatan[2],
khususnya di kawasan Benggala yang terdiri dari kawasan Bangladesh dan negara bagian
Benggala Barat di India. Delta Sungai Gangga merupakan delta terbesar di dunia
dan bermuara ke teluk Benggala di Samudra Hindia, kawasan ini juga merupakan
daerah tersubur di dunia sehingga dinamakan Delta Hijau. delta itu juga dikenal
senagai Delta Gangga-Brahmaputra, membentang dari Sungai Hugli di barat ke
Sungai Meghna di timur. Delta Sungai Gangga terbentang sekitar 350 km
menyeberangi teluk Benggala. Kolkata dan Haldia di india dan Mongla di
Bangladesh merupakan pelabuhan utama di delta ini. Sungai Gangga juga meruakan
sungai yang disucikan oleh umat Hindu di India dan sering digunakan untuk mandi
untuk mensucikan diri mereka.
Pusat peradaban sungai Gangga
berkembang setelah Masunya bangsa Arya yang meruntuhkan peradaban Bangsa
Dravida dan pusat pemerintahannya di pindahkan ke Sungai Gangga.
Sungai Gangga ini terletak diantara
pergunungan Himalaya dan pergunungan windya-kedna[3]. Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga
adalah bangsa Arya yang termasuk bangsa Indo-Jerman. Mereka datang dari daerah
Kaukasus dan menyebar ke arah timur. Bangsa Arya memasuki wilayah India antara
tahun 200-1500 SM, melalui Celah Kaibar di Pegunungan Himalaya.
Bangsa Arya
adalah bangsa peternak dengan kehidupan yang terus mengembara. Setelah berhasil
mengalahkan bangsa Dravida di Lembah Sungai Indus dan menguasai daerah yang
subur, akhirnya mereka hidup menetap.
Selanjutnya,
mereka menduduki Lembah Sungai Gangga dan terus mengembangkan kebudayaannya.
Kebudayaan campuran antara kebudayaan bangsa Arya dengan bangsa Dravida dikenal
dengan sebutan kebudayaan Hindu.
B. SISTEM KEPERCAYAAN
Pada saat
masih di sungai Indus, bangsa ini di kenal dengan kepercayaanya yang
polytheisme yaitu percaya pada banyak dewa tapi ketika telah pindah ke sungai Gangga
lahir dua agama yaitu agama Hindu dan Buddha.[4]
Munculnya
Agama hindu
Pada 1500 sebelum masehi , bangsa sekitar
tahun arya berhasil menaklukkan bangsa dravida di india , kemudian lahirlah
agama Hindu . Agama hindu mempunyai banyak dewa namu 3 dewa senatiasa di puja
yaitu : dewa brahmana ,dewa wisnu &dewa syiwa . menurut agama hindu
,manusia hidup sekarang ini merupakan renkarnasi dari kehidupan sebelumnya .
Dalam Agaman
Hindu dikenal kasta-kasta. Kasta dari bahasa
Portugis adalah pembagian masyarakat.
Kasta yang sebenarnya merupakan perkumpulan tukang-tukang, atau orang-orang
ahli dalam bidang tertentu, Ada 4 kasta di agama hindu[5]
:
1. Kasta
bhramana merupakan kasta tertinggi ,bertugas menjalankan upacara-upacara keagaman.
yang termasuk kasta ini adalah para brahmana.
2. Kasta
ksatria bertugas menjalankan pemerintaha yg termasuk kasta ini adalah para raja
,bang sawan & prajurit.
3. Kasta
waisya kasta dari golongan rakyat jelata ,seperti para petani &pedagang.
4. Kasta
sudra , merupakan kasta kasta yang paling rendah seperti para buruh.
Weda adalah kitab suci
agama Hindu.
Weda merupakan kumpulan
sastra-sastra kuno dari zaman India
Kuno yang jumlahnya sangat banyak dan luas. Dalam ajaran Hindu, Weda termasuk dalam golongan Sruti
(secara harfiah
berarti "yang didengar"), karena umat Hindu
percaya bahwa isi Weda
merupakan kumpulan wahyu
dari Brahman
(Tuhan).
Weda diyakini sebagai sastra
tertua dalam peradaban manusia yang masih ada hingga saat ini. Pada masa awal
turunnya wahyu, Weda diturunkan/diajarkan dengan sistem lisan — pengajaran dari
mulut ke mulut, yang mana pada masa itu tulisan belum ditemukan — dari guru
ke siswa. Setelah tulisan ditemukan, para Resi
menuangkan ajaran-ajaran Weda
ke dalam bentuk tulisan. Weda dibagi menjadi empat bagian
utama, yaitu: Regweda,
Yajurweda,
Samaweda
dan Atharwaweda[6].
Semua itu disusun pada masa awal Kaliyuga.
•
Reg weda, berisi tentang ajaran-ajaran Hindu, merupakan kitab tertua (1500-900
SM) kira-kira muncul saat bangsa Aria ada di Punjab.
•
Yajur weda, berisi doa-doa yang dibacakan waktu diselenggarakan upacara agama,
lahir saat bangsa Aria menguasai daerah Gangga Tengah.
•
Sama weda, berisi nyanyian puji-pujian yang wajib dinyanyikan saat
diselenggarakan upacara agama.
•
Atharwa weda, berisi kumpulan mantera-mantera gaib, doa-doa untuk menyembuhkan
penyakit. Doa/mantra muncul saat bangsa Arya menguasai Gangga Hilir.
Munculnya agama
Budha
Mulai dari abad ke-6 SM
sampai sekarang dari lahirnya sang Buddha Siddharta Gautama.
Dengan ini, ini adalah salah satu agama tertua yang masih dianut di dunia.
Selama masa ini, agama ini sementara berkembang, unsur kebudayaan India,
ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan Helenistik
(Yunani),
Asia Tengah,
Asia Timur
dan Asia Tenggara. Dalam proses perkembangannya
ini, agama ini praktis telah menyentuh hampir seluruh benua Asia.
Agama budha muncul
ketika beberapa golongan menolak kaum brahmana, dan kitab suci budha bernama
Tripataka.
Perkembangan
sistem pemerintahan di Lembah Sungai Gangga merupakan kelanjutan sistem
pemerintahan masyarakat di daerah Lembah Sungai Indus. Runtuhnya Kerajaan
Maurya menjadikan keadaan kerajaan menjadi kacau dikarenakan peperangan antara
kerajaan-kerajaan kecil yang ingin berkuasa. Keadaan yang kacau, mulai aman
kembali setelah munculnya kerajaan-kerajaan baru. Kerajaan-kerajaan tersebut di
antaranya Kerajaan Gupta dan Kerajaan Harsha.
a.
Kerajaan Gupta
Pendiri
Kerajaan Gupta adalah Raja Candragupta
I dengan pusatnya di Lembah Sungai Gangga. Pada masa pemerintahan Raja
Candragupta I, agama Hindu dijadikan agama negara, namun agama Buddha masih
tetap dapat berkembang.
Masa kejayaan
Kerajaan Gupta terjadi pada masa pemerintahan Samudragupta (Cucu Candragupta 1). Pada masa pemerintahannya
Lembah Sungai Gangga dan Lembah Sungai Indus berhasil dikuasainya dan Kota
Ayodhia ditetapkan sebagai ibukota kerajaan.
Pengganti Raja
Samudragupta adalah Candragupta II,
yang dikenal sebagai Wikramaditiya.
Ia juga bergama Hindu, namun tidak memandang rendah dan mempersulit perkembangan
agama Budha. Bahkan pada masa pemerintahannya berdiri perguruan tinggi agama
Buddha di Nalanda. Di bawah pemerintahan Candragupta II kehidupan rakyat
semakin makmur dan sejahtera.. Kesusastraan mengalami masa gemilang. Pujangga
yang terkenal pada masa ini adalah pujangga Kalidasa dengan karangannya berjudul "Syakuntala".
Perkembangan seni patung mencapai kemajuan yang juga pesat. Hal ini terlihat
dari pahatan-pahatan dan patung-patung terkenal menghiasi kuil-kuil di Syanta.
Dalam-perkembangannya
Kerajaan Gupta mengalami kemunduran setelah meninggalnya Raja Candragupta II.
India mengalami masa kegelapan selama kurang lebih dua abad.
- Kerajaan Harsha
Setelah
mengalami masa kegelapan, baru pada abad ke-7 M muncul Kerajaan Harsha dengan
rajanya Harshawardana. Ibu kota Kerajaan Harsha adalah Kanay. Harshawardana merupakan seorang
pujangga besar. Pada masa pemerintahannya kesusastraan dan pendidikan
berkembang dan pesat. Salah satu pujangga yang terkenal pada masa kerajaan
Harshawardana adalah pujangga Bana dengan karyanya berjudul
"Harshacarita".
Raja Harsha
pada awalnya memeluk agama Hindu, tetapi kemudian memeluk agama Buddha. Di tepi
Sungai Gangga banyak dibangun wihara dan stupa, serta dibangun tempattempat
penginapan dan fasilitas kesehatan. Candi-candi yang rusak diperbaiki dan
membangun candi-candi baru. Setelah masa pemerintahan Raja Harshawardana hingga
abad ke-1 1 M tidak pernah diketahui adanya raja-raja yang pernah berkuasa di
Harsha.
Di Lembah
Sungai Gangga inilah kebudayaan Hindu berkembang, baik di wilayah India maupun
di luar India. Masyarakat Hindu memuja banyak dewa (Politeisme). Dewa-dewa
tersebut, antara lain, Dewa Bayu (Dewa Angin), Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa
Agni (Dewa Api), dan lain sebagainya. Dalam agama Hindu dikenal dengan sistem
kasta, yaitu pembagian kelas sosial berdasarkan warna dan kewajiban sosial.
Dalam perkembangan selanjutnya, sistem kasta inilah yang menyebabkan munculnya
agama Buddha. Hal ini dipelopori oleh Sidharta Gautama.
Agama Buddha
mulai menyebar ke masyarakat India setelah Sidharta Gautama mencapai tahap
menjadi Sang Buddha. Agama Buddha terbagi menjadi dua aliran, yaitu Buddha
Mahayana dan Buddha Hinayana. Peradaban Sungai Gangga meninggalkan beberapa
bentuk kebudayaan yang tinggi seperti kesusastraan, seni pahat, dan seni
patung. Peradaban dari lembah sungai ini kemudian menyebar ke daerah-daerah
lain di Asia termasuk di Indonesia.
Hal
yang menarik tentang sungai Gangga[9] :
Sungai
Gangga merupakan tempat yang di anggap keramat dan dapat menyembutkan banyak
penyakit, beberapa ilmuan bercerita tentang sungai ini :
Dr.
D,Herelle Seorang dokter bangsa Perancis yang terkenal, suatu hari melihat
sendiri, mayat-mayat mengambang di Sungai Gangga. Mayat-mayat yang
bergelimpangan di sungai itu, merupakan korban-korban keganasan wabah kolera
dan desentri. Di hilir tidak jauh dari mayat-mayat yang menjijikkan itu,
dilihat pula oleh Dr. D,Herele, orang-orang mandi dengan asyiknya. Malahan diantara
mereka ada yang meminum air sungai tanpa merasakan jijik. Tetapi mengapa mereka
tidak ketularan kolera dan desentri yang kejam itu? Aneh! Dr. D,Herele, yang
tahu betul tentang medis sangat keheranan menyaksikan keajaiban dunia yang satu
ini. Sebagai seorang ilmuwan, dokter Prancis itu terpanggil untuk
menyelidikinya. Ia pulang, kemudian mengumpulkan kuman-kuman itu dibawanya ke
tepian Sungai Gangga. Dan dicampur dengan air Sungai Gangga yang telah
diambilnya dengan gelas. Terkejutlah! Dokter itu keheranan. Ternyata, dalam
waktu yang relative singkat, kuman-kuman kolera dan desentri itu mati.
Penyelidikan
pun dilanjutkan. Dr. D,Herelle mendekati mayat-mayat yang mengambang di Sungai Gangga.
Dengan menggunakan mikroskopnya mulai penyelidikannya yang kedua. Terlihatlah
olehnya, ternyata kira-kira setengah meter dari mayat-mayat itu, tak seekor pun
kuman desentri dan kolera yang hidup. Dari hasil penyelidikkannya Dr. D,Herelle
menyatakan, "suatu mineral yang tak dikenal, yang terkandung oleh air sungai
Gangga, bisa membunuh kuman-kuman penyakit".
Dr. G.E. Nelson, yaitu seorang dokter berkebangsaan Inggris, juga mengadakan penyelidikan. Ia membuktikan, bahwa kapal-kapal yang berlayar dari Calcutta, pelabuhan India paling timur , yang menuju Inggris, mengambil air perbekalannya dari Sungai Hugli. Sungai Hugli, adalah suatu muara Sungai Gangga yang airnya paling kotor. Walau kapal-kapal itu berlayar berbulan-bulan, ternyata air yang dibawanya masih segar, tidak berbau. Sedangkan kapal-kapal yang berlayar dari Inggris menuju India, mengambil air perbekalan dari Pelabuhan Inggris, setelah kapal-kapal itu berlayar selama satu minggu, setibanya di pelabuhan India terbarat, Bombay air perbekalannya sudah berbau busuk, tidak dapat diminum lagi, walaupun air perbekalan itu telah diganti terusan Suez atau di Aden (Laut merah). Dari hasil penyelidikannya itu Dr. G.E. Nelson berpendapat, "Air sungai Gangga, mengandung anasir-ansir, yang tak dikenal, sehingga air itu tahan berbulan-bulan". Bahkan telah dibuktikan, bahwa air Sungai Gangga itu dapat bertahan bertahun-tahun.
Dr. G.E. Nelson, yaitu seorang dokter berkebangsaan Inggris, juga mengadakan penyelidikan. Ia membuktikan, bahwa kapal-kapal yang berlayar dari Calcutta, pelabuhan India paling timur , yang menuju Inggris, mengambil air perbekalannya dari Sungai Hugli. Sungai Hugli, adalah suatu muara Sungai Gangga yang airnya paling kotor. Walau kapal-kapal itu berlayar berbulan-bulan, ternyata air yang dibawanya masih segar, tidak berbau. Sedangkan kapal-kapal yang berlayar dari Inggris menuju India, mengambil air perbekalan dari Pelabuhan Inggris, setelah kapal-kapal itu berlayar selama satu minggu, setibanya di pelabuhan India terbarat, Bombay air perbekalannya sudah berbau busuk, tidak dapat diminum lagi, walaupun air perbekalan itu telah diganti terusan Suez atau di Aden (Laut merah). Dari hasil penyelidikannya itu Dr. G.E. Nelson berpendapat, "Air sungai Gangga, mengandung anasir-ansir, yang tak dikenal, sehingga air itu tahan berbulan-bulan". Bahkan telah dibuktikan, bahwa air Sungai Gangga itu dapat bertahan bertahun-tahun.
Seorang
sarjana Amerika yang berasal dari Kanada, Dr. F.G. Harrison, juga mengadakan
penyelidikan terhadap keajaiban Sungai Gangga. Setelah melakukan penyelidikan,
Ia berkata: "Suatu keajaiban alam yang belum dapat diterangkan. Ternyata,
kuman-kuman kolera dan lain-lainnya, mati dengan cepatnya, setelah dalam air
sungai Gangga. Anehnya, khasiat pembunuh kuman dari Sungai Gangga itu, akan
hilang, jika air itu dimasak. Dan jika air Sungai Gangga dicampur dengan air
lain, air sumur diterpian Sungai Gangga sekalipun, dengan seketika kuman-kuman
penyakit tidak mati malah akan berkembang biak dengan cepatnya."
Seorang
Amerika, yang baru mendapat title dotor dalam filsafat dari Benares Hindu
University (BHU) sejak menulis thesisnya, ia meninggalkan asrama walaupun
asrama itu mewah. Ia memilih hidup di sebuah perahu, yang mengambang ditepian
Sungai Gangga. Kalau ia mandi, tidak pernah memakai sabun. "Percuma",
katanya. Ia percaya bahwa air Sungai Gangga saja sudah membunuh segala kuman
yang mungkin ada di badan.[10]
Jadi,
setelah kita mendengar pembutian-pembuktian ini, menGanggap wajarlah, bila
orang-orang Hindu dari segenap penjuru, datang dan mandi di Sungai Gangga
maupun di Sungai Yamuna.
gambar : sungai gangga
gambar : sungai gangga
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
B.
SARAN
[1]
berita tentang gangga di akses di http://semua-tentang-dunia.blogspot.com/2010/06/sungai-gangga-dan-sejarahnya.html
pada tgl 12 November 2012
[2] Sejarah SMA dan
Ma jilid 1 halaman 148
[3] Ahmad, Yani.
Geografi menyikap fenomena geosfer : Grafindo: Jakarta halaman 165
[4]
Sejarah SMa kelas x halaman 116
[5] G.
Mulia.India.1949. Balai Pustaka : Jakarta halaman 25
[6]
SMA kelas X penerbit erlangga
[7]
Sejarah SMA dan Ma jilid 1 halaman 153
[8]
Sejarah SMA kelas X
[9]
berita dunia di akses rgl 12 November 2012
di akses tanggal 12
november 2012
Daftar
pustaka
G.
Mulia.India.1949. Balai Pustaka : Jakarta
http://sejarah-interaktif.blogspot.com/2011/11/lahir-dan-berkembangnya-hindu-budha-di.html
di akses tanggal 12 november 2012
Sejarah
SMA kelas X
Berita
dunia di akses rgl 12 November 2012
Komentar
Posting Komentar