Film Jembatan pensil. Latar belakang dari film ini adalah suasana di perkampungan suku Muna, Sulawesi Tenggara. Menariknya, film yang mengangkat kisah Ondeng, si anak berkebutuhan khusus tapi selalu setia pada teman-temannya.
Empat sekawan itu bernama Inal, Aska, Nia dan Ondeng berjuang mencari pendidikan dari guru mereka di sebuah sekolah gratis. Inal dan Ondeng sama-sama memiliki kekurangan fisik dan mental. Inal adalah anak tuna netra, sedangkan Ondeng terbelakang secara mental. Keterbatasan yang mereka miliki tak pernah sedikitpun melunturkan niat mereka mencari pendidikan.
Ondeng, sangat pintar menggambar. Semua dia gambar salah satu gambarnya adalah jembatan yang sering di lewati oleh teman-temannya. Ondeng rajin sekali menabung, sebab jembatan yang teman-temannya lewati sudah sangat rapuh. Ia ingin menganti jembatan itu.
Namun, uang Ondeng belum cukup untuk membuat jembatan malah suatu hari jembatan itu rubuh saat mereka melintas. Ondeng yang rumahnya lebih jauh dan selalu menunggu teman-temannya diujung jembatan ikut berenang dan menyelamatkan teman-temannya hingga tas sekolahnya hanyut. Musibah ini tak lantas mematahkan semangat mereka bersekolah.
Sosok lain yang hadir dalam film ini adalah bapak guru yang tetap semangat mengajar meski sudah tua dan tetap mengajar. Anak-anak yang belajar dari alam, bapak guru yang tulus mendidik dan bahkan Ondeng baik sekali membagi pensil barunya dengan teman-teman. Ayah Ondeng meninggal di laut, Ondeng mengikuti ayahnya meski sampai terbalik perahu dan ia meninggal.
Sedih memang tapi beberapa hal dari film ini sangat hebat jadi pelajaran.
Ayo menonton bagaimana akhirnya jembatan berbentuk pensil akhirnya dibuat berdasarkan gambar Ondeng
Komentar
Posting Komentar