Langsung ke konten utama

Prasangka

 


Meski sudah belajar banyak, meski sudah tau tips ini itu, sungguh tidak mudah bagi seorang perempuan mengatasi perasaannya sendiri, rasanya teramat mustahil baginya setiap kali ia mengalami guncangan perasaan. Jun dan Wi jarang bertengkar, selama LDRan, Dunia yang berada dalam resesi membuat mereka semakin kalut dengan pertahanan masing-masing. Rencana pernikahan harus ditunda, keadaan tidak memungkinkan. Biasanya salah satu dari mereka mengalah agar tidak terjadi pertengkaran hebat, tapi tidak malam itu, mereka sama-sama jenuh. 


"Aku capek sekali, berusaha sebisa mungkin  untuk niat baik. Tapi barangkali kau memahaminya berbeda" teriak Jun diseberang sana 


"Kalo kau capek : berhentilah" Wi balas berteriak


"Cari uang untuk bisa melamarmu siang dan malam, yakinkan Umi, mama, kamu, dan bahkan meyakinkan dirimu juga aku, semuanya harus kulakukan sendiri. Aneh, bukannya kau yang terdengar ingin berhenti"


"Dan aku ga pernah ada bersama kau?"


"Jadi semua itu, kau anggap bukan untukmu. Oke fine. Hancurkan saja hatiku. Bodoh amat. Sudah sesering ini hancur berantakan


"Aku ga pernah ada untukmu?Itu pertayaan

 Untukku, untukku untukku, semua yang kau lakukan untukku"


" Kamu ada" Jun mulai menangis


"Dua minggu aku berantakan dan mencoba untuk hidup hari ini saja, lalu kau datang dengan pertanyaan pertanyaan seolah olah aku sia sia. Apa itu adil untukku. Tega" Jun sudah terisak, dia lelaki yang lembut hatinya


"Bukan begitu caranya kasih patah semangat nya orang" ujarnya


" Ya udah entar ajarin dg lebih baik" tantang Wi


"kita putus saja. Kalau kau anggap aku tidak ada. Pergilah sama laki-laki yang selalu senyum untukmu. Teman selingkar pinggang itu ada banyak. Pilih salah satu nya" 


"2 minggu loh, 2 minggu dan aku dianggap ga ada sama kamu. Kamu yg berantakan dan aku disuruh nunggu aja sampai kamu cerita" Wi kesal


"Aku suka dibiarkan. Aku ingin temukan sendiri apa yang asistemik dari jalur hidup ku. Sudah dulu, aku ingin tidur. Besok harus sehat, harus kerja lagi sampai bahagia. Besok sudah hidup, cukup buatku untuk bilang "aku bahagia Tuhan" Jun berlalu


Wi tinggal sendirian, ia menangis. Prasangkanya membuat semua hal berantakan. Namun, seperti kebayakan perempuan ia tidak tahan untuk tidak berprasangka, tidak tahan untuk membuat praduga : apakah ia benar-benar serius denganku?


Blangpidie, 2 oktober 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk ke Bendungan Brayen, Aceh Besar

Nita Juniarti AcehNews.net –  Bendungan Brayen merupakan hasil dari ekspresi keindahan alam dengan perbuatan manusia. Bendungan ini berada di Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh jaraknya sekitar 30 Kilomoter  dari Banda Aceh. Tidak sulit mencarinya, melewati jalur pantai Barat-Selatan, nanti Anda akan menemukan papan bertuliskan  “Wisata Brayen”. Kemudian dari arah pintu masuk tersebut Anda bisa terus berjalan ke lokasi wisata, lebih kurang 100 meter. Ada yang view yang indah saat Anda melintas di jalan masuk tersebut. Jalan lintasan masyarakat kampung yang masih alami ini akan memberi  landscape , sawah tadah hujan dan masyarakat yang berlalu lalang. Jika sedang musim hujan maka harus ekstra hati-hati saat melalui jalan ini. Nita Juniarti-Teman KPM PAR MAheng Biasanya tempat ini dikunjungi oleh keluarga, kaulah muda di hari libur khususnya pukul 15.00 yang paling ramai dikunjungi. Tiket masuknya hanya Rp2.000 per orang dan parkir dengan harga yang sama. Air s

Cerita Film : Jembatan Pensil

Film Jembatan pensil. Latar belakang dari film ini adalah suasana di perkampungan suku Muna, Sulawesi Tenggara. Menariknya, film yang mengangkat kisah Ondeng, si anak berkebutuhan khusus tapi selalu setia pada teman-temannya. Empat sekawan itu bernama Inal, Aska, Nia dan Ondeng berjuang mencari pendidikan dari guru mereka di sebuah sekolah gratis. Inal dan Ondeng sama-sama memiliki kekurangan fisik dan mental. Inal adalah anak tuna netra, sedangkan Ondeng terbelakang secara mental. Keterbatasan yang mereka miliki tak pernah sedikitpun melunturkan niat mereka mencari pendidikan. Ondeng, sangat pintar menggambar. Semua dia gambar salah satu gambarnya adalah jembatan yang sering di lewati oleh teman-temannya. Ondeng rajin sekali menabung, sebab jembatan yang teman-temannya lewati sudah sangat rapuh. Ia ingin menganti jembatan itu. Namun, uang Ondeng belum cukup untuk membuat jembatan malah suatu hari jembatan itu  rubuh saat mereka melintas. Ondeng yang rumahnya lebih jauh dan selal