Meski sudah belajar banyak, meski sudah tau tips ini itu, sungguh tidak mudah bagi seorang perempuan mengatasi perasaannya sendiri, rasanya teramat mustahil baginya setiap kali ia mengalami guncangan perasaan. Jun dan Wi jarang bertengkar, selama LDRan, Dunia yang berada dalam resesi membuat mereka semakin kalut dengan pertahanan masing-masing. Rencana pernikahan harus ditunda, keadaan tidak memungkinkan. Biasanya salah satu dari mereka mengalah agar tidak terjadi pertengkaran hebat, tapi tidak malam itu, mereka sama-sama jenuh.
"Aku capek sekali, berusaha sebisa mungkin untuk niat baik. Tapi barangkali kau memahaminya berbeda" teriak Jun diseberang sana
"Kalo kau capek : berhentilah" Wi balas berteriak
"Cari uang untuk bisa melamarmu siang dan malam, yakinkan Umi, mama, kamu, dan bahkan meyakinkan dirimu juga aku, semuanya harus kulakukan sendiri. Aneh, bukannya kau yang terdengar ingin berhenti"
"Dan aku ga pernah ada bersama kau?"
"Jadi semua itu, kau anggap bukan untukmu. Oke fine. Hancurkan saja hatiku. Bodoh amat. Sudah sesering ini hancur berantakan
"Aku ga pernah ada untukmu?Itu pertayaan
Untukku, untukku untukku, semua yang kau lakukan untukku"
" Kamu ada" Jun mulai menangis
"Dua minggu aku berantakan dan mencoba untuk hidup hari ini saja, lalu kau datang dengan pertanyaan pertanyaan seolah olah aku sia sia. Apa itu adil untukku. Tega" Jun sudah terisak, dia lelaki yang lembut hatinya
"Bukan begitu caranya kasih patah semangat nya orang" ujarnya
" Ya udah entar ajarin dg lebih baik" tantang Wi
"kita putus saja. Kalau kau anggap aku tidak ada. Pergilah sama laki-laki yang selalu senyum untukmu. Teman selingkar pinggang itu ada banyak. Pilih salah satu nya"
"2 minggu loh, 2 minggu dan aku dianggap ga ada sama kamu. Kamu yg berantakan dan aku disuruh nunggu aja sampai kamu cerita" Wi kesal
"Aku suka dibiarkan. Aku ingin temukan sendiri apa yang asistemik dari jalur hidup ku. Sudah dulu, aku ingin tidur. Besok harus sehat, harus kerja lagi sampai bahagia. Besok sudah hidup, cukup buatku untuk bilang "aku bahagia Tuhan" Jun berlalu
Wi tinggal sendirian, ia menangis. Prasangkanya membuat semua hal berantakan. Namun, seperti kebayakan perempuan ia tidak tahan untuk tidak berprasangka, tidak tahan untuk membuat praduga : apakah ia benar-benar serius denganku?
Blangpidie, 2 oktober 2020
Komentar
Posting Komentar