NAMA/ NIM : MAULIANA
(511002232)
NURMA
YUNITA (511002210)
NURHAYANI
(511002227)
SUKINAH
(511002215)
MERIYA
BELINA SIMAMORA (510701633)
ILMU POLITIK DAN HUBUNGANNYA DENGAN ILMU LAIN
A.
PENDAHULUAN
Apabila
ilmu politik dipandang
semata-mata sebagai salah satu cabang dari ilmu-ilmu sosial yang memiliki
dasar, rangka, fokus dan ruang lingkup yang jelas, maka dapat dikatakan bahwa
ilmu politik masih muda usianya karena baru lahir pada akhir abad ke-19. pada
tahap itu ilmu politik berkembang secara pesat berdampingan dengan
cabang-cabang ilmu sosial lainnya, seperti sosiologi, antropologi,
ekonomi, dan psikologi, dan dalam perkembangan ini mereka saling
mempengaruhi.
Akan tetapi, apabila ilmu politik ditinjau dalam rangka yang lebih luas, yaitu sebagai pembahasan secara rasional dari berbagai aspek negara dan kehidupan politik, maka ilmu politik dapat dikatakan jauh lebih tua umurnya. Bahkan ia sering dinamakan ilmu sosial yang tertua di dunia. Pada taraf perkembangan itu ilmu politik banyak bersandar pada sejarah dan filsafat.
Politik
sangat berhubungan erat dengan ilmu-ilmu sosial lainnya karena ilmu politik
mempelajari gejala-gejala sosial lainnya yang selalu berubah atau mepelajari
manusia sebagai makhluk sosial yang bisa rasional tetapi juga irasional. Mempelajari ilmu politik tidak cukup
hanya dengan mengetahui definisi dan ruang lingkupnya saja, namun harus di
iringi dengan hubungannya dengan ilmu lainnya. Dengan adanya pemahaman kita
tentang hubungan tersebut akan membuka wacana kita dalam memahami kontek dasar
ilmu dan melaksanakannya sesuai dengan koridornya.
Beberapa asumsi yang perlu diketahui dalam
ilmu politik adalah:
·
Setiap
masyarakat menghadapi kelangkaan dan keterbatasan sumber- sumber sehingga
konflik timbul dalam proses penentuan distribusi;
·
Kelompok
yang dominant (pemerintah) menentukan distribusi dan pengalokasian melalui
keputusan politik;
·
Pemerintah
mengalokasikan kepada beberapa kelompok dan individu, tetapi mengurangi atau
tidak mengalokasikan kepada kelompok dan individu lain. Oleh karena itu,
kebijakan-kebijakan pemerintah tidak pernah menguntungkan semua pihak;
·
Ada
tekanan terus menerus untuk mengalokasikan sumber-sumber yang langka;
·
Tekanan-tekanan
tersebut menyebabkan kelompok dan individu yang diuntungkan berupaya keras
untuk mempertahankan struktur yang menguntungkan tersebut/kelompok konservatif;
·
Semakin
mampu penguasa meyakinkan bahwa system politik yang ada memiliki legitimasi,
maka semakin mantap kedudukan penguasa dan kelompok yang diuntungkan dalam
perjuangan mereka menghadapi golongan yang menghendaki perubahan/radikal;
·
Banyak
kebijakan ideal yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
masyarakat ternyata hanya berupa pemecahan yang semu, sebab sulit dilaksanakan
dalam kenyataan;
·
Dalam
politik tidak ada yang serba gratis, maksudnya setiap aksi yang dilakukan
selalu ada ongkos yang harus dibayar atau resiko yang mesti ditanggung.
B.
HUBUNGAN
ILMU POLITIK DENGAN ILMU-ILMU LAINNYA:
1.
Hubungan
Ilmu Politik dengan ilmu Ekonomi
Ilmu
politik dan Ekonomi sejak dulu sampai sekarang selalu sangat erat hubungannya.
Dalam setiap tindakan politik ada aspek ekonominya, demikian pula struktur
perekonomian suatu masyarakat dapat mempengaruhi lembaga-lembaga politik yang
sudah ada. Pada zaman Yunani, ilmu politik mengatur kehidupan politik
orang-orang Yunani, sedangkan ekonomi (oikonomos) mengatur kemakmuran material
dari warga negara Yunani. Pada abad 17, Montchretien de Watteville
memperkenalkan istilah “Ekonomi Politik” yang menggambarkan begitu eratnya ilmu
politik dan Ekonomi. Pada akhir PD I di Inggris dikemukakan ide tentang Negara
kesejahteraan (Welfare state) artinya Negara Mensejahterakan rakyatnya, bukan
sekedar “Negara penjaga malam”.
Para pemikir terdahulu menganggap ilmu ekonomi sebagai
cabang dari ilmu politik, dari sinilah muncul nama atau gelar ilmu ekonomi
politik. Karena dimasa itu pokok urusan ketertiban finansial dilihat atau
diambil dari sumber penghasilan Negara, Sedangkan sekarang pemikiran tersebut
telah berubah. Ilmu ekonomi dinyatakan independent dan terpisah dari pelajaran
politik, dimana pelajaran ini mengajarkan masyarakat untuk berusaha, bagaimana,
dimana, apa dan bagaimana mengatur dan memperoleh kekayaan. Singkatnya ekonomi
adalah ilmu kekayaan.
Ekonomi berpengaruh dalam politik hanya dibeberapa titik saja, dimana titik penghasilan dan penyaluran dari kekayaan sangatlah besar pengaruhnya didalam pemerintahan. Bahkan juga disebabkan dari berbagai penyelesaian permasahan yang memang lazim timbul didalam Bernegara.
Diberbagai Negara pemerintahan pengaruh yang terbesar terletak pada pertumbuhan ekonominya. Bertambahnya lapangan ekonomi didalam pemerintahan terjadi tiada henti- hentinya. Pajak, UU bea, Hak milik Negara dan pertolongan Negara terhadap lahan pertanian, industri dan perdagangan semuanya bukanlah salah satu hal dimana pemerintah berkuasa atas penghasilannya. Kesejahteraan Negara yang baik dan sosialisme telah merombak keadaan fungsi Negara. Negara dewasa ini diartikan atau disangka langsung turut campur dalam bermacam lingkungan, dari aktifitas masyarakat menentukan perintah dalam hal kwalitas distribusi kekayaan dan juga materi barang milik masyarakat.
Ekonomi berpengaruh dalam politik hanya dibeberapa titik saja, dimana titik penghasilan dan penyaluran dari kekayaan sangatlah besar pengaruhnya didalam pemerintahan. Bahkan juga disebabkan dari berbagai penyelesaian permasahan yang memang lazim timbul didalam Bernegara.
Diberbagai Negara pemerintahan pengaruh yang terbesar terletak pada pertumbuhan ekonominya. Bertambahnya lapangan ekonomi didalam pemerintahan terjadi tiada henti- hentinya. Pajak, UU bea, Hak milik Negara dan pertolongan Negara terhadap lahan pertanian, industri dan perdagangan semuanya bukanlah salah satu hal dimana pemerintah berkuasa atas penghasilannya. Kesejahteraan Negara yang baik dan sosialisme telah merombak keadaan fungsi Negara. Negara dewasa ini diartikan atau disangka langsung turut campur dalam bermacam lingkungan, dari aktifitas masyarakat menentukan perintah dalam hal kwalitas distribusi kekayaan dan juga materi barang milik masyarakat.
Tentu saja banyak permasalahan yang timbul dalam pemerintahan modern yang lahir dari dasar ekonomi, tuntutan terhadap lapangan kerja, modal hak milik tanah, ketidakrataan penurunan dan penaikan ekonomi, bahkan pesatnya kemajuan teknologi yang mempengaruh nasionalisasi. Perlu kita ketahui dalam Negara Komunis, Negara mengontrol secara keseluruhan kesatuan kehidupan ekonomi masyarakat.
Golongan
dan grup ekonomi disetiap Negara terlaksana terus menerus dimana tertekan dalam
administrasi untuk perlindungan dan kekayaan. Demikian pula, penggunaan kondisi
ilmu ekonomi memiliki pengaruh besar dalam cita- cita perpolitikan dan
institusi, Contohnya: adanya revolusi yang menimbulkan cita- cita kemerdekaan
perseorangan, demokrasi, sosialisme dan komunis.
2.
Hubungan
Ilmu Politik dengan Ilmu Hukum
Setiap masyarakat baik modern maupun primitive
harus berdasarkan kepada ketertiban. Hukum dibuat, dijalankan dan dipertahankan
oleh suatu kekuasaan. Pada saat ini, kekuasaan itu adalah Negara. Dalam hal ini
sudah nampak hubungan antara ilmu politik dan ilmu hukum, yaitu dalam peranan
Negara sebagai pembentuk hukum dan dalam objek ilmu hukum itu sendiri yaitu
hukum. Ilmu politik juga menyelidiki hukum tetapi tidak menitik beratkan pada
segi-segi teknis dari hukum, melainkan terutama menitik beratkan pada hukum
sebagai hasil persaingan kekuatan- kekuatan social, sebagai hasil dari factor-
faktor kekuasaan. Hukum juga merupakan salah satu diantara sekian banyak “alat
politik” yang dapat digunakan untuk mewujudkan kebijakan penguasa dan Negara.
Tidak semua bagian hukum positif mempunyai hubungan yang erat dengan ilmu
poltik, misalnya: hukum public dan hukum Negara adalah yang paling erat
hubungannya, sedang hukum perdata atau hukum dagang relative kecil hubungannya.
Terutama negara-negara
Benua Eropa, ilmu hukum sejak dulu kala erat hubungannya dengan ilmu politik,
karena mengatur dan melaksanakan undang-undang merupakan salah satu kewajiban
negara yang penting. Cabang-cabang ilmu hukum yang khususnya meneropong negara
ialah hukum tata-negara (dan ilmu negara).
3.
Hubungan
Ilmu Politik dengan Sosiologi
Menurut Giddings, sarjana-sarjana ilmu politik harus melengkapi
dirinya dengan pengetahuan dasar sosiologi, karena sosiologi sebagai ilmu
masyarakat dengan hasil-hasil penyelidikannya, menyebabkan ilmu politik tidak
perlu lagi mengadakan penyelidikan yang telah dihasilkan oleh sosiologi
tersebut. Sosiologi meliputi berbagai cabang pengetahuan antara lain sosiologi
tentang kejahatan, sosiologi pendidikan, sosiologi agama, sosiologi politik dan
sebagainya.
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari seluruh seluk beluk yang berhubungan dengan
sosial. Banyak aspek yang dipelajari dalam ilmu sosiologi dimana berkait dengan
kehidupan sosial, hubungan antar sesama, kekeluargaan, kasta, rumpun, bangsa,
agama dan asosiasi kebudayaan, ekonomi dan organisasi politik, dari keseluruhan
yang tersebut adalah pernyataan naluri dari khalayak sosial. Dapat diambil
pernyataan bahwa masyarakat adalah lebih dahulu dari pada negara.
Dahulu kala negara hidup dikalangan masyarakat dengan sendirinya, dimana negara tersebut berlanjut hingga ratusan ribu tahun dimanapun dan bervariasi pula dalam pertumbuhan dan pengembangannya. Bahkan sampai sekarang ini dimana berbagai bangsa telah menggapai kehidupan bermasyarakat akan tetapi tidak diperkuat oleh lembaga politik. Sosiologi adalah ilmu yang terkait kuat secara keseluruhan akan proses perkembangan kehidupan manusia, dimana jangkauan dan penjamahan ilmu sosilogi lebi luas layak pesatnya pertumbuhan manusia.
Disisi lain jangkauan ilmu politik bersifat terbatas. Ilmu politik bersifat menyusun atau mengatur disiplin atau aturan, dan mengenai secara praktis dengan keistimewaan dari aspek kehidupan sosial atau phenomena politik. Sosiologi juga mempelajari sesuatu yang tidak merupakan phenomena ilmu politik, sedangkan hak yang tidak merupakan phenomena perpolitikan bersifat diluar atau terlalu sulit dijangkau dengan ilmu politik.
Terutama sosiologi politik, sangat erat
hubungannya dengan ilmu politik, sebab sosiologi politik bagian dari sosiologi
yang menganalisis proses-proses yang menitik beratkan pada dinamika tingkah laku
politik. Sebagaimana tingkah laku itu dipengaruhi oleh berbagai proses sosial,
seperti kerjasama, persaingan, konflik dsb. Hal- hal tersebut juga dianalisis
oleh ilmu politik.
Di
antara ilmu-ilmu sosial, sosiologi-lah yang paling pokok dan umum sifatnya.
Sosiologi membantu sarjana ilmu politik dalam usahanya memahami latar belakang,
susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok dalam
masyarakat.
4.
Hubungan
Ilmu Politik dengan Filsafat
Ilmu pengetahuan lain yang
erat sekali hubungannya dengan ilmu politik ialah filsafat. Filsafat ialah
usaha untuk secara rasional dan sistematis mencari
pemecahan atau jawaban atas persoalan-persoalan yang menyangkut alam semesta
(universe) dan kehidupan manusia.
Gramsci
mengatakan bahwa ‘filsafat yang sejati bukan merupakan cabang kajian yang
terisolasi, tetapi dalam dirinya sendiri mengandung seluruh anasir fundamental
yang dibutuhkan untuk mengonstruksi konsepsi tentang dunia yang total dan
integral dan segala hal yang dibutuhkan untuk mewujudkan organisasi masyarakat
politik yang integral dalam kehidupan manusia’. (Gramsci, Selections from
Prison Notebooks, 1933). Oleh karenanya, politik Gramsci mengarahkan dia pada
filsafat, dan filsafatnya sepenuhnya bersifat politis. Dengan kata lain,
Gramsci melihat filsafat sebagai pendidikan politik, dan politik sebagai arena
untuk menerapkan pengetahuan filosofis.
Ilmu
politik terutama sekali erat hubungannya dengan filsafat politik, yaitu bagian
dari filsafat yang menyangkut kehidupan politik terutama mengenai sifat hakiki,
asal mula dan nilai (value) dari negara. Negara dan manusia didalamnya dianggap
sebagai sebagian dari alam semesta.[1]
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa kaitan antara ilmu politik dan ilmu
pengetahuan sosial lainnya sangat erat dan saling memengaruhi. Pendekatan ilmu
sosial sangat berguna bagi analisa-analisa politik, sepanjang ilmu sosial mampu
menempatkan masalah-masalah politik dalam konteks sosial yang lebih umum. Ilmu
politik menjadi lebih berkembang dengan adanya ilmu sosial lainnya.
5.
Hubungan
Ilmu Politik dengan Psikologi Sosial
Psikologi berasal dari bahasa Yunani “psycos” yang berarti jiwa dan
“logos” yang berarti ilmu, jadi ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia.
Proses pendekatan ilmu politik banyak memakai hukum- hukum dan dalil- dalil
psikologi dalam menjelaskan gejala- gejala politik dan penyelidikan tentang
motif- motif yang menjadi dasar setiap proses politik. Sarjana psikologi
mengembangkan pendapat- pendapat mereka tentang naluri, emosi, dan kebiasaan
individu atau “psyche” seseorang. Pengetahuan “psyche” seseorang dapat
menjelaskan seluruh tingkah laku dan sikap orang itu. Dalam penyelidikan
pendapat umum, propaganda, parpol, masalah kepemimpinan dan revolusi amat
banyak dipergunakan hukum- hukum dan dalil- dalil psikologi itu.
Psikologi
adalah ilmu sifat, dimana fungsi- fungsi dan phenomena pikiran manusia
dipelajari. Setiap tindak- tanduk dan aktifitas masyarakat dipengaruhi oleh
akal individu. Sedangkan ilmu politik mempelajari aspek tingkah laku masyarakat
umum. Maka sampai saat itu pula, ilmu politik berhubungan sangat dekat dengan
Psikologi.
Jika
tindak- tinduk politik bisa diketahui dengan sepantasnya, maka akarnya terdapat
dalam psikologi dalam pelaksanaan untuk menemukan hasil yang jelas. Para pakar
politik sampai saat itu juga mencoba untuk mempelajari tindak- tanduk politik dalam
istilah ilmu psikologi. Para tokoh terkemuka yang melaksanakan hal diatas
adalah: Bagehot, Graham Wallas, MacDougall, Durkheim, Leo Bon, Harold
Lassevell, dan George Catlin.
Menurut
pengamatan Barker: penggunaan psikologis menunjukkan teka- teki dari aktifitas
manusia dimana telah menjadi kebiasaan sekarang. Jika gagasan nenek moyang kita
bersifat ilmu hayat atau biologis, maka kita berpikir secara ilmu jiwa.
Para sarjana yang berpikir secara ilmu jiwa menyatakan bahwa negara dan lembaga politik lainnya merupakan produksi dari pada pemikiran manusia. Jadi lembaga politik dan system diberbagai negara akan sukses dengan iringan keselarasan mental masyarakat didalam negara. ‘’Pemerintahan yang stabil akan menjadi sangat terkenal.’’
Menurut
Garner: musti tergambar dan ditekan dari ideal mental serta moral sentiment
dari mereka, dimana merupakan tombak dalam kekuasaan, singkatnya, semua itu
musti terdapat dalam keselarasan dengan mental konstitusi dari bangsa.
Psikologi mengajarkan kita tentang sifat dasar manusia dan ini tidaklah sama disegala penjuru dunia, setiap komunitas memiliki mental dandanan sendiri. Setiap komunitas memiliki kegeniusan dan keistimewaan pandangan terhadap kehidupan. Beberapa komunitas mempunyai kesadaran yang tinggi untuk membangun politik yang baik, dimana sebagian masyarakat sebaliknya. Alasan inilah yang menjawab kenapa tipe keistimewaan dari lembaga politik bisa berjalan sukses dibeberapa negara dan gagal pula terjadi disebagian negara.
6.
Hubungan
Ilmu Politik dengan Antropologi Budaya.
Antropologi budaya
menyelidiki aspek-aspek cultural dari setiap hidup bersama dimasa lampau dan
masa kini. Sebagai ilmu yang mempelajari kebudayaan masyarakat, maka
hasil-hasil penyelidikan antropologi dapat bermanfaat bagi ilmu politik.
Terutama hasil-hasil penyelidikan kebudayaan dimasa lampau yang meliputi semua
aspek cultural masyarakat, termasuk ide-ide dan lembaga-lembaga politiknya,
dapat dijelaskan kepada sarjana-sarjana ilmu politik menjadi timbul suatu
pertumbuhan dan perkembangan ide-ide dan lembaga-lembaga politik itu salah satu
konsep antropologi budaya yang merupakan penemuan yang penting adalah “konsep
kebudayaan” (culture concept) sebagaimana dikembangkan oleh Ralph Tipton dan
sarjana-sarjana antropologi lainnya. Konsep ini menyatakan eratnya hubungan
antara kebudayaan sesuatu masyarakat dengan kepribadian individu-individu dari
masyarakat itu, antara kebudayaan dengan lembaga-lembaga dan ide-ide terdapat
yang terdapat dalam masyarakat itu. Kebudayaan memberikan corak dan ragam pada
lembaga-lembaga dan ide-ide dalam masyarakat itu.
Apabila
jasa sosiologi terhadap perkembangan ilmu politik adalah terutama dalam
memberikan analisis terhadap kehidupan sosial secara umum dan menyeluruh, maka
antrophology menyumbang pengertian dan teori tentang kedudukan serta peran
berbagai satuan sosial-budaya yang lebih kecil dan sederhana.
Antropologi telah berpengaruh dalam bidang metodologi
penelitian ilmu politik. Salah satu pengaruh yang amat berguna dan terkenal
serta kini sering dipakai dalam ilmu politik ialah metode peserta
pengamat(participant observer). Penelitian semacam ini memaksa sarjana ilmu
politik untuk meniliti gejala-gejala kehidupan sosial “dari dalam” masyarakat
yang menjadi objek penelitiannya.
7.
Hubungan
Ilmu Politik dengan Sejarah
Sejarah adalah deskriptif kronologis
peristiwa dari zaman silam. Sejarah merupakan penghimpunan kejadian- kejadian
konkret di masa lalu. Ilmu politik tak terbatas pada apa yang terdapat dalam
sejarah. Mengetahui sejarah politik suatu Negara belum memberikan gambaran yang
tepat tentang keadaan politik negera itu di masa lampau dan masa yang akan
datang. Sejarah hanya mencatat apa yang pernah terjadi, sedang ilmu politik
disamping menyelidiki apa yang pernah terjadi, juga apa yang kini sedang
berlangsung dan mengadakan ramalan hari depan suatu masyarakat, ditinjau dari
segi politik.
Politik membutuhkan sejarah dan
hampir semua peristiwa historis adalah peristiwa politik. Ilmu politik
memperkaya materinya dengan peristiwa sejarah, mengadakan perbandigan dari
buku-buku sejarah. Sejarah merupakan gudang data bagi ilmu politik. Sejarah adalah riwayat hidup ummat
manusia, Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari peradaban manusia. Melalui
pelajaran ini segala ide- ide, kesuksesan dan peradaban manusia dikupas. Disini
pula kita mengetahui kejadian- kejadian dahulu, gerak- gerik dan penyebab
dimana memiliki timbal- baliknya pula.
Disejarah
juga terdapat pembahasan perkembangan ekonomi, sosial, agama, para cendekiawan,
pergerakan artistik, perkembangannya dan juga membahas pertumbuhan dan
kemunduran negara, organisasi dan sebab kegagalan mereka. Ilmu sejarah sangat
dekat hubungannya dengan Ilmu politik: Professor Seely mengatakan: Sejarah
tampa ilmu politik laksana pohon tampa buah, sedangkan ilmu politik tampa
sejarah bagaikan pohon tampa akar, dapat disimpulkan keduanya sangat
berhubungan dekat. Freeman mengemukakan histori atau sejarah adalah politik
masa dahulu, sedangkan politik adalah sejarah dimasa kini.
Beberapa
fakta sejarah seperti yang dikatakan oleh Appadorai bahwa terdapat bagian dasar
dari ilmu politik, dimana fakta- fakta sejarah memberikan kita materi mentah
dari ilmu politik. Maka bagaimanakah kita mengolah mentah tersebut sehingga
bermanfaat bagi kita.
Point- point diatas menberikan kita informasi tentang asal- usul barang- barang berharga dari ilmu sejarah, kemajuan dan kemunduran negara disertai segala problema yang terjadi dalam prinsip bernegara. Studi banding dari institusi dan politik yang baik pada masa lalu membantu kita untuk memahami permasalahan dimasa kini. Tiap- tiap masyarakat sudah pasti menghadapi suatu permasalahan, baik secara langsung dimana berakar dimasa dahulu kala, contohnya: kita memiliki warisan dari nenek moyang kita seperti: kastaisme, perkauman, dan sifat kedaerahan. Mempelajari ilmu sejarah dengan sendirinya akan membawa wawasan kita bahkan menolong kita dalam menyelesaikan fakta dasar dari permasalahan yang ada.
Point- point diatas menberikan kita informasi tentang asal- usul barang- barang berharga dari ilmu sejarah, kemajuan dan kemunduran negara disertai segala problema yang terjadi dalam prinsip bernegara. Studi banding dari institusi dan politik yang baik pada masa lalu membantu kita untuk memahami permasalahan dimasa kini. Tiap- tiap masyarakat sudah pasti menghadapi suatu permasalahan, baik secara langsung dimana berakar dimasa dahulu kala, contohnya: kita memiliki warisan dari nenek moyang kita seperti: kastaisme, perkauman, dan sifat kedaerahan. Mempelajari ilmu sejarah dengan sendirinya akan membawa wawasan kita bahkan menolong kita dalam menyelesaikan fakta dasar dari permasalahan yang ada.
Ilmu politik akan samar bila tidak disertai dengan sejarah, dimana sejarah juga akan terlihat pincang bila tidak diiringi dengan ilmu politik. Kedua ilmu tersebut memiliki suatu keterkaitan yang tidak mungkin dipisahkan. Lebih jelasnya setiap sejarah pasti diiringi dengan sang hero atau nama- nama pemikir terdahulu, dimana ilmu politik mengupas segala bidang perkembangan suatu negara, dimana hal ini dikategorikan sebagai sejarah.
Seperti
diterangkan di atas, sejak dahulu kala ilmu politik erat hubuganya dengan
sejarah dan filsafat. Sejarah merupakan alat yang paling penting bagi ilmu
politik, oleh karena menyumbang bahan, yaitu data dan fakta dari masa lampau,
untuk diolah lebih lanjut.[2]
8.
Hubungan
Ilmu Politik dengan Geografi
Segala penyelidikan atas kehidupan
manusia tidak akan bermanfaat dan tidak akan sempurna jika penyelidikan itu
tidak meliputi keadaan geografi. Dengan kata lain kehidupan manusia akan
dipengaruhi oleh letak geografi, luas wilayah, kekayaan alam, iklim dsb.
Misalnya letak geografis menentukan apakan suatu Negara akan menjadi Negara
“land power” atau “sea power” demikian juga letak suatu Negara akan
mempengaruhi dalam diplomasi dan strategi perang.
Dalam hal ini, terdapat
cabang geografi, yaitu geopolitik yang memberikan penafsiran geografis atas hubungan-
hubungan internasional. Geopolitik berusaha melukiskan hubungan yang erat
antara faktor-faktor geografis dan peristiwa-peristiwa politik. Faktor-faktor
yang berdasarkan geografi dapat memengaruhi politik, seperti perbatasan
strategis, desakan penduduk, dan daerah pengaruh. Seorang Swedia bernama Rudolf
Kiellen(1864-1933) menganggap, disamping faktor antropologi dan ekonomi,
keadaan geografis memengaruhi karakter dan kehidupan nasional dari rakyat,
karena itu harus diperhitungkan dalam menyusun politik dalam dan luar negeri.
Bagi sarjana-sarjana Jerman seperti
Haushofer, kekalahan Jerman dalam PD I terutama disebabkan oleh apa yang mereka
sebut dengan “kekalahan geografis” peristiwa tersebut menunjukkan betapa
eratnya hubungan ilmu politik dengan geografi.
9.
Hubungan
Ilmu Politik dengan Etika
Etika adalah ilmu ketertiban dimana pokok masalah moralitas
dipelajari. Singkatnya ilmu tatasusila adalah ilmu moralitas. Didalam ilmu ini
tertetapkan hukum- hukum moralitas dan menentukan kebiasaan tingkah laku. Ilmu
tatasusila juga memaksimalkan setiap tingkah laku manusia baik secara benar
atau berhaluan kiri.
Hubungan antara ilmu politik dan Etika adalah nyata atau fact atau jelas. Tidak ada pembahasan dalam ilmu politik pokok persoalan apakah ini benar atau sebaliknya, maka tatasusilalah yang akan memberi jawaban setiap sasaran ataupun tujuan ilmu politik itu sendiri.
Para philosophy politik di abad kuno dan abad pertengahan menyatakan tidak ada perbedaan diantara ilmu politik dan tatasusila, bagi mereka ketertiban keduanya saling berhubungan.
Menurut Plato dan Aristotle negara lahir hanya untuk menghasilkan atau melangkah kepada arah yang lebih baik, sedangkan untuk meraih kebaikan tersebut dibutuhkan iringan nilai moral yang tinggi.
Di lain pihak Mahatma Gandhi Bapak bangsanya India menekankan kedekatan hubungan ilmu politik dan etika, dia mengatakan: politik yang kehilangan agama adalah sebuah perangkap kematian, karena mereka telah membinasakan jiwa. Agama disini diartikan sebagai tatasusila atau moral yang tinggi. Maka jika para philosophy dahulu menyamakan politik dan etika namun sekarang ide tersebut telah berubah, buktinya banyak para pejabat kita yang tidak mempunyai moral seperti apa yang digambarkan oleh philosophy-philosophy terdahulu.
Jadi,
etika adalah pengetahuan tentang hal-hal yang baik dan buruk, tentang keharusan
dan hal-hal yang wajib dibiarkan. Hubungan ilmu politik dan etika dilukiskan
sebagai suatu hubungan yang membatasi ilmu politik, terutama praktek politik.
Etika mengatakan apa yang harus dilakukan, tetapi disamping itu juga menetapkan
batas-batas dari apa yang wajib dibiarkan. Etika memberikan dasar moral kepada
politik. Apabila menhilangkan moral dari politik, maka akan kita dapatkan
politik yang berisfat “Machiavelistis” yaitu politk sebagai alat untuk
melakukan segala sesuatu, baik atau buruk tanpa mengindahkan kesusilaan. Hanya
dengan jalan menjadikan kesusilaan sebagai dasar politik, dapat diharapkan akan
adanya politik yang mengindahkan aturan-aturan permainan, apa yang harus dilakukan
dan apa yang wajib dibiarkan.
C.
PENUTUP
Ilmu politik bukanlah ilmu yang bisa berdiri sendiri tanpa
didampingi oleh disiplin ilmu lainnya. Secara praktis keilmuan politik bisa
dipisahkan namun dalam kontek pelaksanaan ilmu politik harus mengadopsi ilmu –
ilmu yang berhubungan langsung. Dengan adanya kombinasi ilmu pengetahuan
tersebut maka politicus akan menjadi orang yang bertanggung jawab dan sungguh –
sungguh dalam menjalankan amanah
rakyatnya, karena secara estimologi ilmu politik lebih mengarah kepada
mayoritas bukan minoritas apalagi individu.
Referensi:
Miriam Budiardjo, Dasar- dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2008.
F. Isjwara, SH., LL. M, Pengantar Ilmu Politik,(Binacipta, cet ke-5Juli 1974).
Varma, S. P, Teori
Politik Modern, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2007.
Carlton
Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar
Ilmu politik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Drs. Inu
Kencana Syafi’ie, Ilmu Politik, Jakarta
: PT Rineka Cipta, 2000.
http://sospol.pendidikanriau.com/2009/10/kaitan-ilmu-politik-dengan-pengetahuan.html
Komentar
Posting Komentar