Langsung ke konten utama

8 Mili Meter


Pernah menonton film 5 cm? orang-orang yang ada di lingkungan positif dan bersahabat selama 10 tahun itu. Nah, ini Banggai Monsale berisi orang-orang nekad dengan modal semangat dan tubuh sedikit kuat mencoba pendakian meski tidak seperti gunung Sumeru tapi tanpa persiapan yang bisa saja meluncur ke jurang dan mati aku menamai perjalanan ke Pulau Dua kecamatan Balantak Selatan itu adalah perjalanan delapan mili meter.
            Kami berdelapan, seperti yang kuceritakan di awal. Mas Har orang yang berbadan besar dan sering naik gunung menjadi buddy bagi beberapa orang tapi jangan bicara dengannya jika ia sedang focus merekam video ia akan mencuekkanmu sampai kamu beku. Kak Ilin, orang yang selalu berfikir nanti kalau saya jatuh semua orang akan jatuh beruntun bahkan sudah memikirkan hal yang lebih jauh lagi dari pada itu. Kak Iin meski ia belum tentu bisa menyelamatkan orang yang jatuh ia selalu berusaha berteriak memberi semangat untuk yang lain. Nico dalam pendakian ini ia berusaha menjaga garis belakang meski matanya memerah dan ia memakai kaca mata keren ketika mendaki. Timor, ia hanya membiarkan orang lain mandiri lalu sesekali berujar focus, perhatikan pijakan. Bu As masih mandiri sendirinya meski ia memilih mendaki di depan takut di tinggal, Destin meski badannya kecil ia punya fisik yang luar biasa ketika camp saja ia bisa lari lima putaran. Lalu satu lagi, aku? Berusaha agar orang tidak berteriak padaku meski memberi semangat, menolong diriku sendiri dan banyak sekali mengucapkan nama Allah serta berfikir aku bisa saja mati terpeleset bahkan memikirkan jika jatuh berapa kemungkinan aku akan hidup.
            Ketika kami sampai di puncak, kami sadar sekali Banggai benar-benar diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum, indah sekali. Susunan pantai dan perbatan dengan payau terlihat asik dari ketinggian. Sejauh ini kami sampai ke sana atas anugerah Tuhan dan modal nekat yang tiada terkira serta menyakini bahwa kita bisa dan kita akan ke tempat itu, tempat yang tidak akan pernah kita lupakan seumur hidup kita. Beberapa kali kami memegang suatu batu dan batu itu roboh, longsor begitu hingga sampai ke puncak dan saat turunnya bahkan lebih parah. Rencana kami yang buruk itu membuat kami haus tidak terkira, air habis sampai ketika di bawah kami harus meminta pada orang yang sedang merayakan ulang tahun di Pulau dua. Kami diberi tiga air dan satu potong kue namun itu tidak menghilangkan haus. Aku sampai bolak-balik dari satu bangunan ke bangunan lain mencari air sangking hausnya.
“Nita…Nita…” Destin dan Bu As berteriak kencang
            Aku yang sudah tergeletak tidak berdaya sambil terus berdoa semoga turun hujan biar haus teratasi. Aku bangun lalu melihat ke arah Ranto yang berlari membawa dua botol besar air.
“Dapat di mana?” tanyaku setelah minum
“Ambil dari kebun orang yang dibawa dari Desa”
Blep, hatiku berdesir semoga Allah menghalalkan minuman ini buatku.
            Pendakian kami mungkin tidak sedramatis 5 Cm yang kejatuhan batu dan ada adegan harunya tapi pendakian ini memberikan kami pelajaran untuk tidak meremehkan sekecil apapun rencana meski itu hanya liburan. Kami mungkin tidak menyatakan ini sebuah kehormatan karena mendaki puncak pulau dua Sulawesi Tengah yang tidak ada apa-apanya tapi janji di gunung Burangrang saat pelantikan Pengajar Muda sedikit mengigatkan kami bahwa kami ada untuk Ibu Pertiwi. Sebuah tekat nekad sudah membuat kami ada di sana, menyaksikan sepotong kisah Banggai Sulawesi Tengah, kami membawa tekat nekad kami di delapan mili meter harapan kami hingga sampai ke Puncak dan turun lagi kemudian mengalami badai saat di tengah laut. Ketakutan bercampur nekad masih tersisa hingga kami sampai dengan selamat di pinggir pantai setelah mengalami badai di tengah laut. Setelah ini kami akan terus berjuang mempertangung jawabkan impian kami tentu saja dengan kenekatan yang penuh perencanaan tidak seperti ke Pulau Dua itu. Semoga.


*Baya Kecamatan Luwuk Timur Kabupaten Bangai,  04 Januari 2017

Komentar

  1. Begitu nikmatnya pengajar muda yang beruntung, bisa merasakan keindahan tanah Banggai yang katanya sengaja tuhan ciptakan buat memanjakan mata saat ke seluruh arah memandang

    BalasHapus
  2. Yuhuu :p Ayo ke Banggai bg Iqbal :D ditunggu

    BalasHapus
  3. Baru baca dong :) suka banget tulisanmu kakak :") ku jadi pembaca setiamu!

    BalasHapus
  4. Baru baca dong :) suka banget tulisanmu kakak :") ku jadi pembaca setiamu!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk ke Bendungan Brayen, Aceh Besar

Nita Juniarti AcehNews.net –  Bendungan Brayen merupakan hasil dari ekspresi keindahan alam dengan perbuatan manusia. Bendungan ini berada di Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh jaraknya sekitar 30 Kilomoter  dari Banda Aceh. Tidak sulit mencarinya, melewati jalur pantai Barat-Selatan, nanti Anda akan menemukan papan bertuliskan  “Wisata Brayen”. Kemudian dari arah pintu masuk tersebut Anda bisa terus berjalan ke lokasi wisata, lebih kurang 100 meter. Ada yang view yang indah saat Anda melintas di jalan masuk tersebut. Jalan lintasan masyarakat kampung yang masih alami ini akan memberi  landscape , sawah tadah hujan dan masyarakat yang berlalu lalang. Jika sedang musim hujan maka harus ekstra hati-hati saat melalui jalan ini. Nita Juniarti-Teman KPM PAR MAheng Biasanya tempat ini dikunjungi oleh keluarga, kaulah muda di hari libur khususnya pukul 15.00 yang paling ramai dikunjungi. Tiket masuknya hanya Rp2.000 per orang dan parkir dengan harga yang sama. Air s

Prasangka

  Meski sudah belajar banyak, meski sudah tau tips ini itu, sungguh tidak mudah bagi seorang perempuan mengatasi perasaannya sendiri, rasanya teramat mustahil baginya setiap kali ia mengalami guncangan perasaan. Jun dan Wi jarang bertengkar, selama LDRan, Dunia yang berada dalam resesi membuat mereka semakin kalut dengan pertahanan masing-masing. Rencana pernikahan harus ditunda, keadaan tidak memungkinkan. Biasanya salah satu dari mereka mengalah agar tidak terjadi pertengkaran hebat, tapi tidak malam itu, mereka sama-sama jenuh.  "Aku capek sekali, berusaha sebisa mungkin  untuk niat baik. Tapi barangkali kau memahaminya berbeda" teriak Jun diseberang sana  "Kalo kau capek : berhentilah" Wi balas berteriak "Cari uang untuk bisa melamarmu siang dan malam, yakinkan Umi, mama, kamu, dan bahkan meyakinkan dirimu juga aku, semuanya harus kulakukan sendiri. Aneh, bukannya kau yang terdengar ingin berhenti" "Dan aku ga pernah ada bersama kau?" "J

Cerita Film : Jembatan Pensil

Film Jembatan pensil. Latar belakang dari film ini adalah suasana di perkampungan suku Muna, Sulawesi Tenggara. Menariknya, film yang mengangkat kisah Ondeng, si anak berkebutuhan khusus tapi selalu setia pada teman-temannya. Empat sekawan itu bernama Inal, Aska, Nia dan Ondeng berjuang mencari pendidikan dari guru mereka di sebuah sekolah gratis. Inal dan Ondeng sama-sama memiliki kekurangan fisik dan mental. Inal adalah anak tuna netra, sedangkan Ondeng terbelakang secara mental. Keterbatasan yang mereka miliki tak pernah sedikitpun melunturkan niat mereka mencari pendidikan. Ondeng, sangat pintar menggambar. Semua dia gambar salah satu gambarnya adalah jembatan yang sering di lewati oleh teman-temannya. Ondeng rajin sekali menabung, sebab jembatan yang teman-temannya lewati sudah sangat rapuh. Ia ingin menganti jembatan itu. Namun, uang Ondeng belum cukup untuk membuat jembatan malah suatu hari jembatan itu  rubuh saat mereka melintas. Ondeng yang rumahnya lebih jauh dan selal