Ketika ia masih menunggu kekasihnya menyatakan cinta dengan lamaran, perempuan itu hampir putus asa sebab kekasihnya tak kunjung peka. Kekasihnya percaya waktu bukan soal pembuktian cinta, tapi perempuan itu tidak begitu. Ia percaya bahwa cinta dan waktu adalah garis lurus yang tidak bisa dipisahkan. Hubungan itu tidak berkembang ke mana-mana, komitmen mereka kembali di isi ketidakpercayaan hingga semesta mengirimkan yang terbaik, sesuai dengan kebutuhan mereka berdua. "Fa, menikahkah denganku." "hah?" "aku ajak kau menikah, tapi harus mau dibawa kemana saya suka" "Ajak kemana?" "Pertama ke pelaminan, kedua kemana saya pergi kecuali ke maut ga bs ajak-ajak, soalnya hak Penguasa alam raya" Perempuan itu terdiam, jika saya ajakan itu dari kekasihnya tentu ia mengangguk lebih cepat dari pada kecepatan cahaya. "gimana" "besok ya saya jawab" Perempuan itu ada dipersimpangan, cintanya terguncang godaan maha dahsyat, dilam
Zijjue El Syifa : Tetap menjadi pengobat dimanapun