Langsung ke konten utama

Istana Maimun, Gudang Dunia Melayu


Kuning, begitulah kesan ketika pertama sekali memasuki pagar istana Maimon yang berada di jalan Brigadir Jenderal Katamso, kelurahan Sukaraja, kecamatan Medan Maimun, Medan, Sumatera Utara. Kubah istana bewarna hitam sedangkan yang lainnya di landasi oleh warna kuning sejauh mata memandang. Istana Maimun merupakan salah satu dari istana kerajaan Deli.
“Pembangunan Istana ini selesai pada 25 Agustus 1888 M, di masa kekuasaan Sultan Makmun al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun adalah putra sulung Sultan Mahmud Perkasa Alam, pendiri kota Medan. Fotonya ada di dekat singgasana” tunjuk juru kunci Istana Maimun.
            Sebelum masuk ke istana ini, ada tugu istana yang berisi tentang info istana Maimun dalam bahasa Belanda. Setelah itu ada sebuah tempat kecil tertutup yang di dalamnya ada sebuah meriam Orang Medan menyebut meriam ini dengan sebutan meriam puntung. Untuk masuk ke tempat meriam puntung ini pengunjung cukup membayar tiga ribu rupiah.
“Di dalamnya beneran semacam ada suara air mengalir kata yang jaga itu karena meriamnya menangis.” Cerita Muntasir, mahasiswa sejarah kebudayaan Islam ketika keluar dari tempat meriam itu pada Minggu(18/1).
Setiap hari, Istana ini terbuka untuk umum, kecuali bila ada penyelenggaraan upacara khusus. Untuk masuk ke dalam istana Maimon, pengunjung harus membayar tiket sebesar 5 ribu rupiah serta harus melepaskan alas kaki. Pengunjung yang datang ke istana, masih bisa melihat-lihat koleksi foto-foto keluarga sultan, perabot rumah tangga Belanda kuno, dan berbagai jenis senjata. Selain itu, saat ini ada yang jualan di istana Maimon berupa oleh-oleh Medan, ada juga yang menyediakan penyewaan baju melayu dalam berbagai warna, ada yang merah, pink, kuning, biru. Pengunjung hanya membayar 10 ribu rupiah untuk bisa memakai baju adat melayu lengkap jika ingin berfoto dan langsung jadi maka harus membayar 10 ribu perfoto.
            Istana Maimon biasanya ramai dikunjungi pada sore hari dan hari libur, bangunan perpaduan antara ciri arsitektur Moghul, Timur Tengah, Spanyol, India, Belanda dan Melayu. Pengaruh arsitektur Belanda tampak pada bentuk pintu dan jendela yang lebar dan tinggi. Tapi, terdapat beberapa pintu yang menunjukkan pengaruh Spanyol. Pengaruh Islam tampak pada keberadaaan lengkungan pada atap. Bangunan istana terdiri dari tiga ruang utama, yaitu: bangunan induk, sayap kanan dan sayap kiri. Ketika Bangunan induk pemandangan yang tesaji adalah singgasana raja yang bewarna kuning namun dipagari tali dan diatasnya bertuliskan “dilarang duduk” biasaya pengunjung hanya berfoto di depan singgasana.
            Disayap Kanan terdapat tempat duduk, biasanya pengunjung melepas lelah disini setelah berkeliling istana. Atap yang jauh dari lantai membuat sejuk udara, apalagi duduk-duduk di sayap kanan istana sambil melihat orang keluar masuk istana merupakan kegiatan berwisata yang seru sambil menggali sejarah melayu.( Nita Juniarti)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk ke Bendungan Brayen, Aceh Besar

Nita Juniarti AcehNews.net –  Bendungan Brayen merupakan hasil dari ekspresi keindahan alam dengan perbuatan manusia. Bendungan ini berada di Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh jaraknya sekitar 30 Kilomoter  dari Banda Aceh. Tidak sulit mencarinya, melewati jalur pantai Barat-Selatan, nanti Anda akan menemukan papan bertuliskan  “Wisata Brayen”. Kemudian dari arah pintu masuk tersebut Anda bisa terus berjalan ke lokasi wisata, lebih kurang 100 meter. Ada yang view yang indah saat Anda melintas di jalan masuk tersebut. Jalan lintasan masyarakat kampung yang masih alami ini akan memberi  landscape , sawah tadah hujan dan masyarakat yang berlalu lalang. Jika sedang musim hujan maka harus ekstra hati-hati saat melalui jalan ini. Nita Juniarti-Teman KPM PAR MAheng Biasanya tempat ini dikunjungi oleh keluarga, kaulah muda di hari libur khususnya pukul 15.00 yang paling ramai dikunjungi. Tiket masuknya hanya Rp2.000 per orang dan parkir dengan harga yang sama. Air s

Cerita Film : Jembatan Pensil

Film Jembatan pensil. Latar belakang dari film ini adalah suasana di perkampungan suku Muna, Sulawesi Tenggara. Menariknya, film yang mengangkat kisah Ondeng, si anak berkebutuhan khusus tapi selalu setia pada teman-temannya. Empat sekawan itu bernama Inal, Aska, Nia dan Ondeng berjuang mencari pendidikan dari guru mereka di sebuah sekolah gratis. Inal dan Ondeng sama-sama memiliki kekurangan fisik dan mental. Inal adalah anak tuna netra, sedangkan Ondeng terbelakang secara mental. Keterbatasan yang mereka miliki tak pernah sedikitpun melunturkan niat mereka mencari pendidikan. Ondeng, sangat pintar menggambar. Semua dia gambar salah satu gambarnya adalah jembatan yang sering di lewati oleh teman-temannya. Ondeng rajin sekali menabung, sebab jembatan yang teman-temannya lewati sudah sangat rapuh. Ia ingin menganti jembatan itu. Namun, uang Ondeng belum cukup untuk membuat jembatan malah suatu hari jembatan itu  rubuh saat mereka melintas. Ondeng yang rumahnya lebih jauh dan selal

makalah ISBD : masyarakat Kota dan Desa

MASYARAKAT DESA DAN KOTA D I S U S U N Oleh : Kelompok III KHAIRINA                 (511102479) PARDI                                     (511102485) NURHASANAH         (511002209) FAKULTAS ADAB JURUSAN ASK INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AR-RANIRY 201 2 KATA PENGANTAR              Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan kesehatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah. Shalawat serta salam tidak lupa kami limpahkan kepada baginda alam kita           Nabi             Muhammad     SAW. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar dengan judul “Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota”. Makalah ini menjelaskan tentang pengertian dari masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan serta hubungannya antara masyarakat perkotaan dengan masyarakat pedesaan.              Meskipun banyak hambatan yang kami dapatkan, tidak menjadi penghalang dalam penyusunan makalah ini. Kami ucapkan terima ka