Masa yang tak berawal dan entah kapan berakhir, segalanya menanti dalam gelisahnya jiwa. Ruang kerja yang sepi, Risqi tertegun dalam kehampaan yang mengikat raganya. Di sentuhnya tirai waktu, ini sudah berlalu tiga belas tahun yang lalu sejak kejadian tersebut. Waktu berputar seolah mengelamkan luka basah yang kini menjadi bekas kudis saja tapi tiba-tiba luka kudis itu kembali basah menjadi kudis bergetah. Foto-foto lelaki itu berserak di lantai ditatap dengan mata nanar oleh Risqi, mata itu sudah lama memerah menyimpan semuanya sendiri. Nama itu jelas masih terpatri diingatannya hingga tahun-tahun melewati lembar kisah hidupnya. Bayang tentang pemilik nama seakan mengikut kemanapun ia pergi, di Pantai, tikungan jalan, bergelantung di dahan pohon-pohon, dan lainnya namun sebenarnya bayang itu tidak penah di sana hanya tersangkut di bulu matanya sehingga tidak pernah tinggal kemanapun ia pergi, meski waktu sudah berlalu tiga belas tahun. Walau didera waktu, ia masih lekat menggin
Zijjue El Syifa : Tetap menjadi pengobat dimanapun