Langsung ke konten utama

Aku, Kau, Mamakku dan Umimu


Kemarin aku ngobrol sama Mamak dan Mamak yang nelpon aku, katanya via suara

Apa? Aku hampir saja terjungkir, terbalik dan telempar di jurang yang dalam terus tidak bisa bangkit lagi. Aku benar-benar ngak paham lebih tepatnya gagal paham, kenapa mamak mengobrol dengannya via telepon? Padahal jelas aku sudah dua hari tidak ditelpon mamak.  Ah iya, sebelumnya aku mau memperkenalkan lelaki dalam tulisan ini. Aku dan dia berkenalan sekitar 2017 lalu. Pertemuan pertama kami di senja hari, mengobrol pertama sekali di teluk tepat di lapangan, diatas rerumputan dan saat itu hujan gerimis kemudian mereda. Beberapa kali pertemuan pertama itu terganggu oleh banyak orang, dari di cie-cie in sampai ada yang nongkrong duduk, mengobrol bersama. Lalu, pertemuan kedua di sebuah seminar penulisan lantas mengobrol saat melihat anak-anak bermain hujan di lampu merah. Kemudian saat nonton bareng hingga memutuskan saling menukar nomor handphone, semua pertemuan itu di kota yang sama. Setelah itu, sering smsan (kebetulan desaku tidak ada sinyal internetan), telponan, dan kalau lagi ke kota biasanya videocall. Lantas, ketika aku jalan-jalan ke kota kelahirannya, kami berjumpa lagi, lalu berboncengan mengelilingi kota dan menikmati pelita yang disusun apik untuk acara "malam lampu" sebagai peringatan idul fitri di kota itu nanti malam. Berbincang lantas nongkrong di toko buku lalu berpisah. Tidak ada komunikasi yang berarti hingga takdir mempertemukan kami lagi ketika aku menghadiri kegiatan organisasi tempatnya bekerja. Aku kembali dibonceng mengelilingi kota, diajak ketempat bersejarah di kota itu dan berkeliling menikmati senja yang perlahan turun. Beberapa teman cemas karena aku belum balik hehehe. Namun, itu adalah pertemuan terakhir kami, aku dan dia tidak pernah berjumpa lagi hingga kini karena kami berbeda pulau. Aku sudah berpindah dari Sumatera-Jawa kemudian Sumatera lagi belum pernah kembali ke pulaunya. Aku cukup beruntung karena kegilaanku yang cukup parah sih, aku berhasil datang ke rumahnya dan mengobrol dengan umi serta kakak dan adiknya yah waktu itu aku dan dia benar-benar teman. Aku diterima hangat oleh mereka. Uminya sempat bertanya "ada hubungan apa dengan anak umi nomor 2?" Aku cuma menjawab teman, kami sempat foto bareng juga sih. Ketika sekarang mulaindekat, aku canggung untuk bertanya "umi apa kabar?" sehingga selalu duluan umi yang menyapa. Akhir-akhir ini, umi bertanya soal keluarga dan hal lainnya. 

Sejak 2017-sekarang, komunikasi antara aku dan lelaki itu sebenarnya tidak intens. Paling hanya mengkoreksi puisi, diskusi atau obrolan gila yang kurang masuk akal terutama jika baru saja menyelesaikan drama korea. Anehnya, 2018 aku pernah dilabrak oleh perempuan yang mengaku "pacarnya" karena dikira aku mengganggu hubungan mereka. Waktu itu aku mau ketawa takut dosa, jika tidak tertawa rasanya mubazir hahaha. Perempuan itu sungguh tidak masuk akal melabrakku, kalau difikir-fikir dan jika aku mau tentu aku bisa saja memacarinya sejak beberapa bulan setelah berkenalan bukan? Saat dia sering merasa nyaman bercerita denganku, itu hal mudah tinggal dinyatakan saja. Bagiku, dia adalah teman dan tidak akan kupacari seumur aku masih waras. Aku menunggu orang lain, hingga di 2019 akhir tiba-tiba saja kami sering mengabari, sering bercerita dan kebetulan aku baru saja menyelesaikan janji tentang menunggu seseorang untuk dinikahi, lebih tepatnya aku ditinggal nikah. 

Entah bagaimana, 2020 katanya ia ingin berkomitmen. Aku sudah berfikir juga bagaimana dengan mencoba dulu? Aku sudah lelah dengan hubungan dengan orang jauh meski motifnya pernikahan. Aku memberikan nomor orangtuaku, jika dia benar serius biarlah berbicara dengan orangtuaku. Jika orangtuaku setuju, aku tidak masalah menikah dengan siapapun.

Aku bertanya soal mamak waktu masih gadis dan kami bercerita hingga azan isya, katanya lagi membuat lamunanku terputus

Aku tidak habis fikir kenapa ibu memberinya kesempatan demikian besar? Walau bagaimanapun ia sudah membuat langkah yang sangat luar biasa, menurutku. Meski sejujurnya aku takut jika orangtuaku kecewa lagi.

Hey kamu, aku tidak tau bagaimana kita berakhir namun bisakah jika ini berakhir aku juga ingin terus berkomunikasi dengan umimu dan begitu juga dengan kau, terus berbicara dengan mamak. Mungkin ini terlalu muluk namun semoga aku, kau dan kita semua jadi keluarga, entah diikat oleh apa. Semoga Tuhan tidak membuat kita saling mengecewakan.

Malang, 26 Maret 2020

Komentar

  1. Numpang promo ya gan
    kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
    ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk ke Bendungan Brayen, Aceh Besar

Nita Juniarti AcehNews.net –  Bendungan Brayen merupakan hasil dari ekspresi keindahan alam dengan perbuatan manusia. Bendungan ini berada di Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh jaraknya sekitar 30 Kilomoter  dari Banda Aceh. Tidak sulit mencarinya, melewati jalur pantai Barat-Selatan, nanti Anda akan menemukan papan bertuliskan  “Wisata Brayen”. Kemudian dari arah pintu masuk tersebut Anda bisa terus berjalan ke lokasi wisata, lebih kurang 100 meter. Ada yang view yang indah saat Anda melintas di jalan masuk tersebut. Jalan lintasan masyarakat kampung yang masih alami ini akan memberi  landscape , sawah tadah hujan dan masyarakat yang berlalu lalang. Jika sedang musim hujan maka harus ekstra hati-hati saat melalui jalan ini. Nita Juniarti-Teman KPM PAR MAheng Biasanya tempat ini dikunjungi oleh keluarga, kaulah muda di hari libur khususnya pukul 15.00 yang paling ramai dikunjungi. Tiket masuknya hanya Rp2.000 per orang dan parkir dengan harga yang sama. Air s

Prasangka

  Meski sudah belajar banyak, meski sudah tau tips ini itu, sungguh tidak mudah bagi seorang perempuan mengatasi perasaannya sendiri, rasanya teramat mustahil baginya setiap kali ia mengalami guncangan perasaan. Jun dan Wi jarang bertengkar, selama LDRan, Dunia yang berada dalam resesi membuat mereka semakin kalut dengan pertahanan masing-masing. Rencana pernikahan harus ditunda, keadaan tidak memungkinkan. Biasanya salah satu dari mereka mengalah agar tidak terjadi pertengkaran hebat, tapi tidak malam itu, mereka sama-sama jenuh.  "Aku capek sekali, berusaha sebisa mungkin  untuk niat baik. Tapi barangkali kau memahaminya berbeda" teriak Jun diseberang sana  "Kalo kau capek : berhentilah" Wi balas berteriak "Cari uang untuk bisa melamarmu siang dan malam, yakinkan Umi, mama, kamu, dan bahkan meyakinkan dirimu juga aku, semuanya harus kulakukan sendiri. Aneh, bukannya kau yang terdengar ingin berhenti" "Dan aku ga pernah ada bersama kau?" "J

Cerita Film : Jembatan Pensil

Film Jembatan pensil. Latar belakang dari film ini adalah suasana di perkampungan suku Muna, Sulawesi Tenggara. Menariknya, film yang mengangkat kisah Ondeng, si anak berkebutuhan khusus tapi selalu setia pada teman-temannya. Empat sekawan itu bernama Inal, Aska, Nia dan Ondeng berjuang mencari pendidikan dari guru mereka di sebuah sekolah gratis. Inal dan Ondeng sama-sama memiliki kekurangan fisik dan mental. Inal adalah anak tuna netra, sedangkan Ondeng terbelakang secara mental. Keterbatasan yang mereka miliki tak pernah sedikitpun melunturkan niat mereka mencari pendidikan. Ondeng, sangat pintar menggambar. Semua dia gambar salah satu gambarnya adalah jembatan yang sering di lewati oleh teman-temannya. Ondeng rajin sekali menabung, sebab jembatan yang teman-temannya lewati sudah sangat rapuh. Ia ingin menganti jembatan itu. Namun, uang Ondeng belum cukup untuk membuat jembatan malah suatu hari jembatan itu  rubuh saat mereka melintas. Ondeng yang rumahnya lebih jauh dan selal