Kuhirup dalam-dalam rokok merk terbaru yang baru saja kubeli di
kedai sebelah.ada rasa nyaman dalam hati meski setelah itu terbatuk-batuk. Aku
tak peduli dengan vonis dokter yang mengatakan bahwa Aku akan mati bila terus
merokok dikarenakan menderita kanker paru-paru, apa peduliku? Toh dokter itu
manusia, bukannya Tuhan. Kehidupan ini adalah milikku dan Tuhan yang bebas
menentukan kapan Aku akan kembali, bukan dokter.
“Ayah, berhentilah” Anakku Syifa menegur mendengarku terbatuk.
“Tidak apa-apa, ini rokok mentol hanya dingin saja tidak banyak
mengandung nikotin dan tidak akan mengantarkan Ayahmu ini pada kematian, jadi
tenang sajalah.” Aku menjelaskan padanya santai.
Aku sangat yakin,
sebentar lagi Istriku akan datang dan mengomeliku tentang “benda jahanan”
setidaknya itulah gelar istriku untuk rokok yang selalu kudewakan. Padahal
bagiku, rokok istri pertama dan tanpa rokok Aku merasakan hidup seakan hampa.
“Jika sayang rokok buang saja anak dulu namun jika lebih memilih
anak buang rokok jahanam itu.” Itu suara Istriku, Dia sudah berdiri dihadapanku
dan tentu dengan gaya Bossynya.
“Sudahlah sayang, Aku akan jauh-jauh dari anak kita”
“Engkau tidak tau Abang? Perokok pasif itu lebih besar resikonya”
“Tentu saja Aku tau, setiap hari ha itu selalu engkau omeli padaku”
“Benar-benar keras kepala”
“Aku yang merokok kenapa pula Engkau yang susah sangat?”
“Engkau suamiku, Aku tidak ingin kehilanganmu gara-gara si Langsing
yang kau sebut sexy itu”
Aku tersenyum,
memang Aku menyebut rokok sebagai Istriku yang langsing dan sexy namun sering
kudengar komentar teman-temanku itu adalah si Langsing yang berbahaya bukan
sexy yah itu komentar temenku yang tidak merokok.
“Engkau terlalu cemburu padanya Dinda” kataku mengedipkan mata.
Jika sudah begitu,
biasanya Istriku langsung kabur takut kugombali lebih lanjut dan Aku dapat
bercumbu dengan rokokku dengan mesranya hingga habis sebungkus.
Hari ini, batukku
semakin menjadi-jadi sampai-sampai Aku mengeluarkan darah dari mulutku dan ini
darah yang sangat banyak yang pernah kulihat. Mungkin ini peringatan keras dari
Tuhan. Kutatap si langsing yang sexy penuh dengan bercak darah, rasanya Aku
ingin mencumbuinya sekali lagi namun batukku kambuh lagi.
“huk.. huk…huk” semakin keras sampai terkencing-kencing.
“Ayah…” Syifa yang baru datang kaget bukan main, Dia berlari keluar
mungkin memanggil Istriku.
“Ya Tuhan, Apa yang terjadi Abang” Istriku masuk ke kamar beberapa
saat kemudian.
“Aku tidak apa-apa, si Sexy itu hanya ingin bermain sebentar
denganku”
Istriku tidak
peduli dengan gumamanku, Ia mengambil handuk dan air lalu membersihkan bercak
darahku kemudian menarik tanganku, pasti pergi ke dokter. Aku menurut saja, Ia
membawaku ke klinik yang tidak jauh dari rumah, badanku lemas semua. Aku
berjalan seperti zombie dan sengaja kujulurkan tangan kedepan layaknya zombie
agar Syifa, anak kami merasa takut sehingga Ia tidak mengomel tentang bahayanya
merokok, setidaknya Aku belajar dari pengalaman itulah yang sering dilakukan
oleh Syifa jika sudah melihatku dibawa ke dokter.
“Bapak benar-benar harus berhenti Bu, ini tidak bisa dibiarkan.
Paru-parunya sudah sangat parah!” Sayup-sayup kudengar dokter berbicara dengan
Istriku.
Berhenti merokok?
Yang benar saja, Aku tidak sudi menceraikan istri pertamaku yang selalu ada
untukku jika Aku sedang stres dengan istriku, suntuk dengan pekerjaan yang
menumpuk, galau karena tungakan sekolah Syifa dan masalah yang lainnya.
Istriku masuk,
menatapku dengan rasa kasihan dan Aku tau Dia sangat menyanyangiku bahkan sejak
awal Kami menikah, ketika Dia tau Aku adalah perokok berat.
“Dinda, jangan menyuruhku bercerai dengan istri pertamaku. Kata
orang yang merokok itu akan mati bukan? Yang tidak merokok setauku juga mati
karena kita semua adalah camat(calon mayat) maka Aku memilih merokok sampai
mati” Aku memegang erat tanganya, Aku mencintai istriku tapi Aku juga mencintai
rokokku, si langsing nan sexy itu.
Kulihat Istriku
menangis, Dia memelukku erat sekali dan Aku kembali terbatuk masih mengeluarkan
darah hingga membuat baju istriku basah oleh darah, Aku cinta istriku dan
rokok.
*penulis adalah mahasisiwi UIN ar-raniry jurusan Sejarah kebudayaan Islam
Komentar
Posting Komentar