Langsung ke konten utama

Makam Papan Tinggi dan Tali Pengabul Keinginan Desa Penanggahan, Tapanuli Tengah


Saat kebanyakan orang mencari kemewahan, terkadang yang sederhana itu justru menjadi hal yang tak terlupakan. Itu pelajaran yang saya dapat kala berkunjung ke Desa Penanggahan, Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara. 
***
makam tapanuli
Foto oleh Nita Juniarti
Bus yang kami tumpangi parkir di seberang jalan dari arah penunjuk arah “Makam Papan Tinggi”. Makam Papan Tinggi adalah salah satu daya tarik dari desa ini. Dari Banda Aceh membutuhkan waktu selama 18 jam melalui jalur Pantai Barat-Selatan dan 20 jam dari Pantai Barat-Timur karena sering macet di Kota Medan.
Dari parkiran kami harus menempuh jalan setapak yang hanya bisa dilalui penjalan kaki hingga sampai pintu masuk menuju makam sudah ditunggu oleh seorang penjaga makam. Sebelum masuk, kami harus membayar Rp. 2000/orang.
Setelah perkampungan, tangga yang bertingkat-tingkat menjadi pemandangan yang terhampar sejauh mata memandang. Tangga tersebut yang mengantarkan pengunjung menuju puncak bukit dan di sana nanti akan didapati makam papan tinggi. Makam ini berada di Desa Penanggahan dengan juru kuncinya seorang muslim yang rumahnya terletak sebelum lubuk larangan tepat di penghujung desa. Setelah itu barulah naik tangga hingga hampir 1000 anak tangga dengan tiga kali pemberhentian.
Pemadangan yang tersaji dari tempat pemberhentian itu adalah sawah yang membentang luas, terlihat berpetak-petak. Rumah-rumah seperti susunan kotak dan sisanya adalah hutan serta laut yang jatuh. Banyaknya sawah seolah menunjukkan pekerjaan yang dilakoni oleh masyarakat setempat yang umumnya bercocok tanam atau berternak. Kebayakan di halaman rumah masyarakat terdapat hewan ternak seperti ayam, itik, anjing, dan babi, kebayakan ternak babi.
Makam di puncak tertinggi
makam tapanuli
Foto oleh Nita Juniarti
Makam Papan Tinggi sebenarnya adalah makam Syech Mahmud, tangga di Makam Syech Mahmud ini di bangun pada masa Soekarno yang di resmikan oleh Adam Malik pada 1980-an. Biasanya disebut juga dengan makam Tuan di atas karena berada di atas bukit.
Juru kunci Usman, berbagi kisah bahwa sebenarnya makam Syeh Mahmud ini berada di daratan, namun karena pengaruh iklim maka laut semakin surut dan akhirnya makam ini terletak di atas bukit.
Jumlah anak tangga menuju ke Papan Tinggi ini mencapai 780 anak tangga. Namun, soal jumlah anak tangga ini masih berbeda masalah perhitungan, ada yang menghitung 744 ada yang menghitung 780 bahkan ada pula yang menghitung hanya 710 anak tangga. Tangga di makam ini dilengkapi dengan tempat berpegangan dan setiap pemberhentian terdapat tempat kosong yang memiliki pohon dan tempat duduk sebagai tempat istirahat karena menuju ke Papan Tinggi memang tidak mudah, dibutuhkan tenaga ekstra.
Makam Syeh Mahmud terdapat di ujung sebelah kiri dari pintu masuk dengan nisan setinggi anak berumur 10 tahun.
“Stop Sendal/Sepatu” tertulis di pintu masuk untuk menghormati maka wajib membuka, di samping nisan terdapat sebuah sumur petak, bekas guci yang dianggap keramat dimana guci ini hanya berisi setengah namun bisa digunakan ribuan orang, tidak pernah kering di musim kemarau dan tidak pernah meluap ketika musim hujan.

Tali Keinginan

makam tapanuli
Foto oleh Nita Juniarti
Pemandangan yang mengundang tanya adalah, di dua pohon besar yang nampak seolah menjadi penjaga melindungi makam, terdapat tali bermacam warna, ada yang putih, hitam, dan lain-lain yang diikat para penziarah. Kata Usman ini merupakan tali keinginan para penziarah. Makam papan tinggi selalu dikunjugi oleh banyak pengunjung setiap bulannya baik sekadar ziarah maupun penelitian. Selain itu pengunjungnya beragam ada yang berasal dari daerah, Negara lain seperti Thailand, Malaysia, Prancis, Amerika, Jerman, Jepang, Austria, India,  Jawa,  dan Sumatera.
Biasanya tempat ini banyak dikunjungi ketika suasana lebaran banyak orang yang megikat tali keinginan di pohon dekat makam atau menjelang puasa ramadhan. Konon katanya, jika punya keinginan begitu sampai di Makam Papan Tinggi orang mengucapkan keinginannya lalu mengikat tali di batang pohon kemudian jika keinginannya terkabul maka tali itu harus dilepaskan kembali dan membawanya pulang.
***
Bagaimana, dengan segala  keunikannya, berminat berkunjung ke Makam Papan Tinggi?

dimuat di http://story.phinemo.com/makam-papan-tinggi-dan-tali-pengabul-keinginan-desa-penanggahan-tapanuli-tengah/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk ke Bendungan Brayen, Aceh Besar

Nita Juniarti AcehNews.net –  Bendungan Brayen merupakan hasil dari ekspresi keindahan alam dengan perbuatan manusia. Bendungan ini berada di Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh jaraknya sekitar 30 Kilomoter  dari Banda Aceh. Tidak sulit mencarinya, melewati jalur pantai Barat-Selatan, nanti Anda akan menemukan papan bertuliskan  “Wisata Brayen”. Kemudian dari arah pintu masuk tersebut Anda bisa terus berjalan ke lokasi wisata, lebih kurang 100 meter. Ada yang view yang indah saat Anda melintas di jalan masuk tersebut. Jalan lintasan masyarakat kampung yang masih alami ini akan memberi  landscape , sawah tadah hujan dan masyarakat yang berlalu lalang. Jika sedang musim hujan maka harus ekstra hati-hati saat melalui jalan ini. Nita Juniarti-Teman KPM PAR MAheng Biasanya tempat ini dikunjungi oleh keluarga, kaulah muda di hari libur khususnya pukul 15.00 yang paling ramai dikunjungi. Tiket masuknya hanya Rp2.000 per orang dan parkir dengan harga yang sama. Air s

Cerita Film : Jembatan Pensil

Film Jembatan pensil. Latar belakang dari film ini adalah suasana di perkampungan suku Muna, Sulawesi Tenggara. Menariknya, film yang mengangkat kisah Ondeng, si anak berkebutuhan khusus tapi selalu setia pada teman-temannya. Empat sekawan itu bernama Inal, Aska, Nia dan Ondeng berjuang mencari pendidikan dari guru mereka di sebuah sekolah gratis. Inal dan Ondeng sama-sama memiliki kekurangan fisik dan mental. Inal adalah anak tuna netra, sedangkan Ondeng terbelakang secara mental. Keterbatasan yang mereka miliki tak pernah sedikitpun melunturkan niat mereka mencari pendidikan. Ondeng, sangat pintar menggambar. Semua dia gambar salah satu gambarnya adalah jembatan yang sering di lewati oleh teman-temannya. Ondeng rajin sekali menabung, sebab jembatan yang teman-temannya lewati sudah sangat rapuh. Ia ingin menganti jembatan itu. Namun, uang Ondeng belum cukup untuk membuat jembatan malah suatu hari jembatan itu  rubuh saat mereka melintas. Ondeng yang rumahnya lebih jauh dan selal

Prasangka

  Meski sudah belajar banyak, meski sudah tau tips ini itu, sungguh tidak mudah bagi seorang perempuan mengatasi perasaannya sendiri, rasanya teramat mustahil baginya setiap kali ia mengalami guncangan perasaan. Jun dan Wi jarang bertengkar, selama LDRan, Dunia yang berada dalam resesi membuat mereka semakin kalut dengan pertahanan masing-masing. Rencana pernikahan harus ditunda, keadaan tidak memungkinkan. Biasanya salah satu dari mereka mengalah agar tidak terjadi pertengkaran hebat, tapi tidak malam itu, mereka sama-sama jenuh.  "Aku capek sekali, berusaha sebisa mungkin  untuk niat baik. Tapi barangkali kau memahaminya berbeda" teriak Jun diseberang sana  "Kalo kau capek : berhentilah" Wi balas berteriak "Cari uang untuk bisa melamarmu siang dan malam, yakinkan Umi, mama, kamu, dan bahkan meyakinkan dirimu juga aku, semuanya harus kulakukan sendiri. Aneh, bukannya kau yang terdengar ingin berhenti" "Dan aku ga pernah ada bersama kau?" "J