Langsung ke konten utama

FATWA

Matahari entah dimana posisinya, langit cerah, membuat cahayanya menerabas lembut melewati kisi-kisi ruangan. Jalanan mulai ramai, Orang berlalu lalang,jak pulang sekolah. Namun tidak Saling sapa satu sama lain. Suara dengung percakapan, teriakan, ada yang bermain bola di lapangan, apa saja memenuhi Asrama Putri IAIN. Aku hanya duduk terpaku lantai disamping asrama jika dilihat dari luar cocok untuk shutting film horror. Jam sudah menunjukkan jam 13.01 Wib, lewat satu menit sudah. Aku membaca ulang sms yang baru kudapat jam 11.18 Wib lalu.
“Salam, entar siang jam 13.00 kita rapat evaluasi di secret. Wajib hadir guys yang ngak bisa hadir wajib konfirmasi dan yang tidak ada pulsa CM(call me) Love u”
            Dari salah seorang anggota yang sangat aktif di organisasi yang Aku geluti, Aku tersenyum membaca ulang pesan singkat itu. Bagaimana tidak, sipengirim cukup romantic dengan mengirim sedikit kata cinta lewat sms pemberitahuan rapatnya.
            Lelah sudah duduk dan menatap layar handphone, sedikit beranjak dari tempat Aku memutar jalan kedepan asrama Putri IAIN, berdiri sambil mondar-mandir berharap rasa bosan karena penantian hampir selalu menimbulkan rasa bosan, jangan Tanya kenapa, karena Aku gak pernah tau kenapa.
            Suara Honda entah merk apa terdengar memasuki pintu gerbang asrama Putri IAIN, dua pengemudi adalah anggota organisasi yang Aku geluti. Ketukan suara sepatu dua pengemudi tadi terdengar di lorong, jauh sebelum Mereka tiba sekret. Hari ini  salah satu dari pengemudi tadi mengenakan kemeja merah maron lengan panjang, celana kain hitam, sepatu hitam. Cocok dengan wajahnya yang penuh disiplin. Rambutnya terlihat rapi. Eh, apakah itu asli atau wig? Aku buru-buru mengusir pertanyaan dalam hati saat melihat rambutnya “pasti gara-gara bosan apapun jadi aneh terfikir”. Dia adalah pemimpin umum organisasi ini.
“Yang lain mana bang?” tanyaku
“Masih dijalan”
Setengah jam berlalu, tiga-empat orang teman mulai berdatangan, yang sudah lama datang mulai gelisah, seperti duduk di bangku panas, mulai menguap. Akhirnya yang ditunggu datang, menyelamatkan sisa teman yang belum menguap.
            Rapat sudah dimulai. Bahasan tentang deadline dibicarakan, kopi panas tergelar, kopi pancong tersisa dari yang telah diminum setengahnya. Terus saja dibicarakan sampai setengah jam rapat kemudian.
“kita akan buat fatwa, dimana setiap kita harus meng-add teman-teman di Facebook dan wajib ngelike berita yang telah dipostingkan di web” Kata pemimpin rapat hari ini.
            Apa yang kalian fikir tentang “fatwa”? mungkin teringat akan agama, ulama, entah apa lagi. Namun ini berbeda, fatwanya untuk sebuah kekerabatan. Bagaimana mungkin kami satu visi dan misi tidak saling mengenal didunia maya? Bagaimana mungkin ruangan kami tidak ramai dengan celoteh kekeluargaan di komen-komen terkini rumah kami? Ini organisasi, kamar Kami tepat Kami berkumpul dari rumah besar Kami UIN.
            Dan hari ini, fatwa ini akan sangat menarik untuk dicermati. Jangan berfikir kalian tidak ada pulsa sehingga tidak bisa nongkrong didunia maya. Disini, diorganisasi ini kopi pancung saja disediakan apalagi kopi panas jangan Tanya pasti akan diberikan dengan senang hati artinya semua siap membantu dan siap meminjamkan apapun demi fatwa ini. No complen, no problem we are family. Satu visi dan misi.

            Aduh, kalian masih saja bertanya. Kenapa kalian selalu penasaran bagaimana cerita ini akan berakhir? Dan selalu penasaran organisasi apa yang Aku geluti hah? Itu rahasia, ini organisasi besar jangan katakan kepada siapapun ya ini rahasia kita. Ini bukan organisasi terlarang saat ini tapi organisasi terlarang waktu zaman baru bergerak dibidang jurnalistik, mari menebak mari melaksanakan fatwa jangan sampai dunia anda menjadi gelap karena sebuah fatwa. :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk ke Bendungan Brayen, Aceh Besar

Nita Juniarti AcehNews.net –  Bendungan Brayen merupakan hasil dari ekspresi keindahan alam dengan perbuatan manusia. Bendungan ini berada di Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh jaraknya sekitar 30 Kilomoter  dari Banda Aceh. Tidak sulit mencarinya, melewati jalur pantai Barat-Selatan, nanti Anda akan menemukan papan bertuliskan  “Wisata Brayen”. Kemudian dari arah pintu masuk tersebut Anda bisa terus berjalan ke lokasi wisata, lebih kurang 100 meter. Ada yang view yang indah saat Anda melintas di jalan masuk tersebut. Jalan lintasan masyarakat kampung yang masih alami ini akan memberi  landscape , sawah tadah hujan dan masyarakat yang berlalu lalang. Jika sedang musim hujan maka harus ekstra hati-hati saat melalui jalan ini. Nita Juniarti-Teman KPM PAR MAheng Biasanya tempat ini dikunjungi oleh keluarga, kaulah muda di hari libur khususnya pukul 15.00 yang paling ramai dikunjungi. Tiket masuknya hanya Rp2.000 per orang dan parkir dengan harga yang sama. Air s

Prasangka

  Meski sudah belajar banyak, meski sudah tau tips ini itu, sungguh tidak mudah bagi seorang perempuan mengatasi perasaannya sendiri, rasanya teramat mustahil baginya setiap kali ia mengalami guncangan perasaan. Jun dan Wi jarang bertengkar, selama LDRan, Dunia yang berada dalam resesi membuat mereka semakin kalut dengan pertahanan masing-masing. Rencana pernikahan harus ditunda, keadaan tidak memungkinkan. Biasanya salah satu dari mereka mengalah agar tidak terjadi pertengkaran hebat, tapi tidak malam itu, mereka sama-sama jenuh.  "Aku capek sekali, berusaha sebisa mungkin  untuk niat baik. Tapi barangkali kau memahaminya berbeda" teriak Jun diseberang sana  "Kalo kau capek : berhentilah" Wi balas berteriak "Cari uang untuk bisa melamarmu siang dan malam, yakinkan Umi, mama, kamu, dan bahkan meyakinkan dirimu juga aku, semuanya harus kulakukan sendiri. Aneh, bukannya kau yang terdengar ingin berhenti" "Dan aku ga pernah ada bersama kau?" "J

Cerita Film : Jembatan Pensil

Film Jembatan pensil. Latar belakang dari film ini adalah suasana di perkampungan suku Muna, Sulawesi Tenggara. Menariknya, film yang mengangkat kisah Ondeng, si anak berkebutuhan khusus tapi selalu setia pada teman-temannya. Empat sekawan itu bernama Inal, Aska, Nia dan Ondeng berjuang mencari pendidikan dari guru mereka di sebuah sekolah gratis. Inal dan Ondeng sama-sama memiliki kekurangan fisik dan mental. Inal adalah anak tuna netra, sedangkan Ondeng terbelakang secara mental. Keterbatasan yang mereka miliki tak pernah sedikitpun melunturkan niat mereka mencari pendidikan. Ondeng, sangat pintar menggambar. Semua dia gambar salah satu gambarnya adalah jembatan yang sering di lewati oleh teman-temannya. Ondeng rajin sekali menabung, sebab jembatan yang teman-temannya lewati sudah sangat rapuh. Ia ingin menganti jembatan itu. Namun, uang Ondeng belum cukup untuk membuat jembatan malah suatu hari jembatan itu  rubuh saat mereka melintas. Ondeng yang rumahnya lebih jauh dan selal