Langsung ke konten utama

Mesjid Raya Medan


Banda Aceh mempunyai icon Mesjid Raya Baiturrahman maka kota Medan, icon religinya adalah Masjid Raya Medan. Lokasi Masjid Raya Medan terletak di Jl. Sisingamangaraja, lokasi ke Masjid Raya Medan cukup dekat dengan Istana Maimun, hanya berjalan 20 menit dengan jalan kaki. Masjid raya medan dibangun pada tahun 1906. Gaya design arsitektur merupakan perpaduan Timu Tengah, India dan Spanyol.
            Saat ini banyak orang yang bekunjung kesana untuk berwisata. Pada hari Minggu(18/1) Mahasiswa SKI UIN Ar-raniry berkesempatan untuk melihat secara jelas mesjid bersejarah ini. Mesjid ini, banyak pengunjungnya pada hari minggu, ada yang foto prewedding atau sekedar berkunjung saja. Meskipun dipintu masuk sudah di buat tidak nyaman oleh para pengemis ternyata hal ini tidak membuat para wisatawan kapok untuk datang ke Mesjid ini. Untuk masuk ke Mesjid ini tidak dipungut biaya sepeserpun namun jika shalat di Mesjid ini dan begitu masuk ke dalam mesjid langsung di cegat sebab sendal harus diparkir seharga 2 ribu rupiah persendal.
            Di belakang mesjid dan disamping mesjid terdapat komplek pemakaman, dimana makam-makam disana nisanya merupakan nisan peninggalan jaman islam. Begitu masuk suasana dingin langsung menyeruak maka tidak heran banyak yang betah duduk disini.
“Kaligrafi dan ukirannya keren” komentar Zaki mahasiswa Ski yang beberapa kali mengambil potret Mesjid Raya Medan.

            Jika berjalan ke depan lagi, ada jembatan penyebrangan yang dari jembatan penyebrangan itu mesjid Raya medan ini terlihat jauh lebih gagah dan anggun. Mesjid ini juga dilengkapi dengan menara yang menjulang tinggi. Kamar Mandi dan tempat wudhu bersih. Di dalam tempat wudhu tersedia kulah yang airnya mengalir, disediakan pula kran-kran untuk berwudhu. (Nita Juniarti) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk ke Bendungan Brayen, Aceh Besar

Nita Juniarti AcehNews.net –  Bendungan Brayen merupakan hasil dari ekspresi keindahan alam dengan perbuatan manusia. Bendungan ini berada di Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh jaraknya sekitar 30 Kilomoter  dari Banda Aceh. Tidak sulit mencarinya, melewati jalur pantai Barat-Selatan, nanti Anda akan menemukan papan bertuliskan  “Wisata Brayen”. Kemudian dari arah pintu masuk tersebut Anda bisa terus berjalan ke lokasi wisata, lebih kurang 100 meter. Ada yang view yang indah saat Anda melintas di jalan masuk tersebut. Jalan lintasan masyarakat kampung yang masih alami ini akan memberi  landscape , sawah tadah hujan dan masyarakat yang berlalu lalang. Jika sedang musim hujan maka harus ekstra hati-hati saat melalui jalan ini. Nita Juniarti-Teman KPM PAR MAheng Biasanya tempat ini dikunjungi oleh keluarga, kaulah muda di hari libur khususnya pukul 15.00 yang paling ramai dikunjungi. Tiket masuknya hanya Rp2.000 per orang dan parkir dengan harga yang sama. Air s

Prasangka

  Meski sudah belajar banyak, meski sudah tau tips ini itu, sungguh tidak mudah bagi seorang perempuan mengatasi perasaannya sendiri, rasanya teramat mustahil baginya setiap kali ia mengalami guncangan perasaan. Jun dan Wi jarang bertengkar, selama LDRan, Dunia yang berada dalam resesi membuat mereka semakin kalut dengan pertahanan masing-masing. Rencana pernikahan harus ditunda, keadaan tidak memungkinkan. Biasanya salah satu dari mereka mengalah agar tidak terjadi pertengkaran hebat, tapi tidak malam itu, mereka sama-sama jenuh.  "Aku capek sekali, berusaha sebisa mungkin  untuk niat baik. Tapi barangkali kau memahaminya berbeda" teriak Jun diseberang sana  "Kalo kau capek : berhentilah" Wi balas berteriak "Cari uang untuk bisa melamarmu siang dan malam, yakinkan Umi, mama, kamu, dan bahkan meyakinkan dirimu juga aku, semuanya harus kulakukan sendiri. Aneh, bukannya kau yang terdengar ingin berhenti" "Dan aku ga pernah ada bersama kau?" "J

Cerita Film : Jembatan Pensil

Film Jembatan pensil. Latar belakang dari film ini adalah suasana di perkampungan suku Muna, Sulawesi Tenggara. Menariknya, film yang mengangkat kisah Ondeng, si anak berkebutuhan khusus tapi selalu setia pada teman-temannya. Empat sekawan itu bernama Inal, Aska, Nia dan Ondeng berjuang mencari pendidikan dari guru mereka di sebuah sekolah gratis. Inal dan Ondeng sama-sama memiliki kekurangan fisik dan mental. Inal adalah anak tuna netra, sedangkan Ondeng terbelakang secara mental. Keterbatasan yang mereka miliki tak pernah sedikitpun melunturkan niat mereka mencari pendidikan. Ondeng, sangat pintar menggambar. Semua dia gambar salah satu gambarnya adalah jembatan yang sering di lewati oleh teman-temannya. Ondeng rajin sekali menabung, sebab jembatan yang teman-temannya lewati sudah sangat rapuh. Ia ingin menganti jembatan itu. Namun, uang Ondeng belum cukup untuk membuat jembatan malah suatu hari jembatan itu  rubuh saat mereka melintas. Ondeng yang rumahnya lebih jauh dan selal