Langsung ke konten utama

Perempuan perlu pendidikan tinggi


Himpunan Mahasiswa Aceh Selatan (HAMAS) menggelar diskusi publik tentang peran wanita di era modern dalam bingkai syariat islam di Hotel Kuala Raja, Banda Aceh, Rabu, 7 Oktober 2015.
Kegiatan itu dihadiri kalangan mahasiswi, akademisi, dan beberapa perempuan dari organisasi masyarakat, karena sifatnya terbuka untuk umum. Sementara narasumber, yaitu Dr. HJ. Nurjannah Ismail, M.A (Dosen UIN Ar-Raniry), Dra. Hj. Sakhiah Sahim dan Ibu Bupati sekaligus ketua PKK Aceh Selatan, Hj. Cut Harnailis S.P.
“Acara ini untuk menyebarkan informasi tentang pentingnya keterlibatan perempuan dalam berbagai kegiatan dan melihat peran perempuan sebagai anak sekaligus istri,” ujar Hj. Cut Harnailis S.P dalam sambutannya.
“Kita lihat, peran wanita tidak sebatas ia adalah mahluk pendamping. Misalnya khadijah sebagai istri sangat sukses mendampingi Nabi, beliau juga ibu yang hebat untuk Fatimah. Bukan bearti menjadi perempuan lantas tidak berkarya lagi”  Dra. Hj. Sakhiah Sahim menyampaikan pendapatnya.
Dr. HJ. Nurjannah Ismail, M.A dalam materinya menyampaikan bahwa mendidik perempuan di era modern ini sangat penting, karena dengan mendidik perempuan maka ada sudah dapat dipastikan usaha ini adalah mendidik beberapa generasi ke depan. Istri juga harus menjadi tempat yang sakinah bagi suami, artinya ada kenyamanan, sebagai ibu harus mendidik dengan baik. Mendidik anak sesuai dengan zamannya asal tidak melangkahi syariat tidak masalah.
“jika ada pendapat, untuk apa perempuan sekolah tinggi-tinggi tapi akhirnya ke dapur juga. Perlu saya tekankan bahwa perempuan yang sekolah tinggi tentu saja dapurnya akan berbeda.  Perempuan harus bisa mengimbangi kegiatan suaminya bukan menyaingi. Lagi pula Qur’an sudah menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan sama derajatnya kecuali taqwa, tidak dikurangi pahala perempuan dan tidak pula dikurangi pahala laki-laki pada sebuah kebajikan.” Jelas Dr. HJ. Nurjannah Ismail, M.A lebih dalam.
            Pada sesi diskusi disambut meriah dengan pertayaan yang banyak, namun karena waktu yang terbatas, jumlah peserta yang awalnya ditargetkan 100 orang malah membludak sehingga tidak kebagian bertanya.
“Orang yang mampu memuliakan perempuan adalah orang yang mulia begitu juga sebaliknya. Maka dari itu, adik-adik yang perempuan jangan takut kuliah jauh-jauh” tutup Dr. HJ. Nurjannah Ismail, M.A. (Nita Juniarti)
           


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk ke Bendungan Brayen, Aceh Besar

Nita Juniarti AcehNews.net –  Bendungan Brayen merupakan hasil dari ekspresi keindahan alam dengan perbuatan manusia. Bendungan ini berada di Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh jaraknya sekitar 30 Kilomoter  dari Banda Aceh. Tidak sulit mencarinya, melewati jalur pantai Barat-Selatan, nanti Anda akan menemukan papan bertuliskan  “Wisata Brayen”. Kemudian dari arah pintu masuk tersebut Anda bisa terus berjalan ke lokasi wisata, lebih kurang 100 meter. Ada yang view yang indah saat Anda melintas di jalan masuk tersebut. Jalan lintasan masyarakat kampung yang masih alami ini akan memberi  landscape , sawah tadah hujan dan masyarakat yang berlalu lalang. Jika sedang musim hujan maka harus ekstra hati-hati saat melalui jalan ini. Nita Juniarti-Teman KPM PAR MAheng Biasanya tempat ini dikunjungi oleh keluarga, kaulah muda di hari libur khususnya pukul 15.00 yang paling ramai dikunjungi. Tiket masuknya hanya Rp2.000 per orang dan parkir dengan harga yang sama. Air s

Prasangka

  Meski sudah belajar banyak, meski sudah tau tips ini itu, sungguh tidak mudah bagi seorang perempuan mengatasi perasaannya sendiri, rasanya teramat mustahil baginya setiap kali ia mengalami guncangan perasaan. Jun dan Wi jarang bertengkar, selama LDRan, Dunia yang berada dalam resesi membuat mereka semakin kalut dengan pertahanan masing-masing. Rencana pernikahan harus ditunda, keadaan tidak memungkinkan. Biasanya salah satu dari mereka mengalah agar tidak terjadi pertengkaran hebat, tapi tidak malam itu, mereka sama-sama jenuh.  "Aku capek sekali, berusaha sebisa mungkin  untuk niat baik. Tapi barangkali kau memahaminya berbeda" teriak Jun diseberang sana  "Kalo kau capek : berhentilah" Wi balas berteriak "Cari uang untuk bisa melamarmu siang dan malam, yakinkan Umi, mama, kamu, dan bahkan meyakinkan dirimu juga aku, semuanya harus kulakukan sendiri. Aneh, bukannya kau yang terdengar ingin berhenti" "Dan aku ga pernah ada bersama kau?" "J

Cerita Film : Jembatan Pensil

Film Jembatan pensil. Latar belakang dari film ini adalah suasana di perkampungan suku Muna, Sulawesi Tenggara. Menariknya, film yang mengangkat kisah Ondeng, si anak berkebutuhan khusus tapi selalu setia pada teman-temannya. Empat sekawan itu bernama Inal, Aska, Nia dan Ondeng berjuang mencari pendidikan dari guru mereka di sebuah sekolah gratis. Inal dan Ondeng sama-sama memiliki kekurangan fisik dan mental. Inal adalah anak tuna netra, sedangkan Ondeng terbelakang secara mental. Keterbatasan yang mereka miliki tak pernah sedikitpun melunturkan niat mereka mencari pendidikan. Ondeng, sangat pintar menggambar. Semua dia gambar salah satu gambarnya adalah jembatan yang sering di lewati oleh teman-temannya. Ondeng rajin sekali menabung, sebab jembatan yang teman-temannya lewati sudah sangat rapuh. Ia ingin menganti jembatan itu. Namun, uang Ondeng belum cukup untuk membuat jembatan malah suatu hari jembatan itu  rubuh saat mereka melintas. Ondeng yang rumahnya lebih jauh dan selal