Melihat negeri paling barat dari Indonesia, Pulo Aceh. Salah satu Pulo yang terdapat di sana adalah Pulo Nasi yang akan dijadikan sebagai destinasi wisata oleh Badan Pengembangan Kota Sabang (BPKS), melihat potensi wisata di sana tidak jauh beda dengan Sabang.
Untuk menuju Pulo Nasi bisa menggunakan kapal Papuyuh dengan membayar tiket sebesar Rp 18.500 dan berlayar jam 08.00 WIB pagi lewat dari itu harus menggunakan perahu nelayan jam 14.30 WIB siang harga tiket 15.000 Rupiah. Kapal ini ditunggu di pelabuhan Ulee lhee. Ada beberapa catatan penting tentang Pulo Nasi :
1. Pulo Nasi tempat yang cocok untuk menyepi.
Sinyal di sini ada namun tidak stabil sehingga jika Kamu kecanduan smartphone wajib mengunjungi Pulo Nasi untuk terapi
2. Penginapan di rumah-rumah warga, belum ada hotel atau penginapan sejenis di Pulo Nasi
Pulo Nasi biasanya dikunjungi oleh Backpacker yang suka tantangan apalagi di sana bisa berkemah di pinggir pantai.
3. Potensi alam yang kaya dan tidak jauh beda dengan Sabang, tampilan alam, laut, pasir putih, semuanya hampir sama persis meskipun keduanya mempunyai keunikan masing-masing
Masyarakat di Pulo Nasi menerima turis dengan baik. Akhir tahun adalah saat terbaik berkunjung ke pulo nasi apalagi jika libur sekolah karena banyak aktivitas masyarakat yang bisa dilihat dari segi budayanya.
4. Potensi wisata yang besar untuk Pulo Nasi, membuat pemerintahan Aceh Besar mulai melirik pulo ini
Bekerja sama dengan Badan pengembangan Kota Sabang, pemerintah Aceh Besar berusaha mengexplore pulo Nasi yang kemudian mengharapkan lima tahun ke depan, pulo Nasi akan menjadi salah satu tujuan wisata. Pulo Nasi pada acara tersebut dijadikan sebagai pusat explore dengan mengundang atraksi jet ski dari Banda Aceh di teluk Lamteng, Pulo Nasi.
5. Tari Likok Pulo Asli ada di sini!
Suara boh likok (begitu disebut potongan bambu dicat almanium), terdengar berseni dan berirama teratur. Tari Likok pulo adalah kesenian tradisi Aceh yang diciptakan oleh seorang Ulama berasal dari Arab bernama Syeh Ahmad. Meski tarian ini dikenal secara luas oleh masyarakat Aceh, namun tarian di pulo Aceh dianggap paling asli diperkirakan lahir sekitar tahun 1849 M.
Baca juga:
- 10 Pantai yang Layak Masuk Bucketlistmu Saat Piknik ke Aceh
- Karena Papua Tak Hanya Selebar Layar Televisi
6. Rumah sakit cuma ada satu di Pulo Nasi
Kesehatan sudah dijamin di negeri ini, tapi dalam satu pulo Nasi yang rumahnya jarang-jarang dan jauh jaraknya hanya ada satu rumah sakit tepatnya pukesmas dengan peralatan yang minim.
7. Tidak ada tilang
Jika surat izin berkendaraan (SIM) mati, tidak membayar pajak, tidak memakai helm atau hal lain yang berhubungan dengan pengamanan lalu lintas maka di sini tidak ada hukuman apapun karena jalanan yang terjal dan kantor polisi yang jauh serta sedikitnya masyarakat yang mempunyai kenderaan bermotor. Meski tidak ada polisi yang mengawasi, masyarakat Pulo Nasi tetap mematuhi lalu lintas misalnya berjalan sebelah kiri, sebagian memakai helm.
8. Kepercayaan sesama masyarakat yang kuat
Pernahkah kalian melihat kunci motor tidak dicabut? Atau rumah yang jarang dikunci? Ini tradisi lain yang saya temui di pulo Nasi. Kenderaan bermotor dari yang mewah hingga yang biasa diletakkan begitu saja tanpa pengawasan dan kuncinya tidak dicabut. Jika ditinjau dari geografis, alat transfortasi untuk sampai ke pulo yang hanya menggunakan kapal laut bisa jadi menumbuhkan sikap saling percaya pada masyarakatnya untuk tidak melakukan pencurian demi kenyamanan.
Baca juga:
- Kumpulan Foto Keindahan Morotai yang Bikin Kamu Ngiler Traveling ke sana
- Lingkok Kuwieng , Ngarai Unik di Aceh yang Layak Menjadi Tempat Kontemplasi
9. Bisa melatih kesabaran karena Kamu perlu servis motor sesering mungkin
Jika ingin selamat, ini tidak bisa diabaikan. Jalanan Pulo Nasi berkelok, lantai, masih berbatu dan kotoran lembu di mana-mana. Jika ingin selamat sampai ke rumah, periksa selalu rem kendaraan, lampu atau apapun untuk keselamatan.
10. Tidak ada mercusuar, lampu suarpun jadi
Jika di Pulo Breuh, ada mercusuar william torens yang terkenal sebagai mercusuar tertua di Aceh maka di pulo nasi juga ada lampu suar, tepatnya di pantai Lhok Reudeup. Kelebihan pantai ini selain pasir putihnya dan batu berbentuk kapal laut yang mengeras adalah sebuah mercusuar kecil. Mercusuar dari bentuknya terlihat sudah lama dibangun meski belum ada sejarah pasti tentang mercusuar ini.
12. Pantai Nipah, tempatnya mandi
Nipah merupakan pantai yang menempuh jalan setapak sejauh 100 meter. Pantai panjang berbentuk sabit ini berbatasan dengan hutan lebat, tidak ada manusia di sini kecuali jangkring dan hewan hutan lainnya. Beberapa pondok yang dulunya pernah dijadikan penginapan terbengkalai ditinggalkan begitu saja. Pantai nipah dengan ombak yang stabil dan tidak banyak karang sangat cocok untuk mandi dan berenang.
13. Surganya Snorkeling dan diving
Kabar gembira bagi pecinta bawah laut, Pulo Nasi adalah pusatnya keindahan laut, jarak dua meter saja sudah bisa melihat karang meja, karang bercabang, ikan kakak tua, ular laut, ubur-ubur tembus pandang dan biota laut lainnya. Pantai yang terdapat hal yang semacam ini seperti Pantai Demit, Pantai Rabo, Pulo Tengkorak.
dimuat di http://phinemo.com/12-alasan-mengapa-pulo-nasi-cocok-untuk-kontemplasi/
Komentar
Posting Komentar