Langsung ke konten utama

Manusia-Manusia Nekad itu Kita

Kita Nekad hingga sampai Pulau dua ini- Taken by Ranto
            Ada banyak hal yang membuat orang jomblo dan ada banyak hal juga yang membuat orang jatuh cinta bahkan di pandangan tiga detik begitu juga ada banyak hal kenapa kita berdelapan di persatukan di Banggai. Nekad dan planning yang buruk serta mengutamakan suara terbanyak meski bukan keputusan terbaik adalah salah satu alasan kenapa kita dipersatukan di Banggai.
            Jam sudah menunjukkan pukul empat saat memutuskan akan berlibur ke pulau dua. Setelah menyewa mobil rental karena Destin, Timor dan Nico pintar menyetir mobil dengan segala keleletan kami semua, singgah sini sana, pamer sini sana dan sepele soal sesat masih di Banggai akhirnya kami berangkat ke kecamatan Balantak yang konon katanya jaraknya dari luwuk tiga jam untuk yang normal menyetir mobil. Sampai di MPP sebuah Desa dekat dengan Baya, penempatanku. Bang Sandi, salah satu Relawan yang kami kenal menawarkan diri untuk mengantarkan kami ke Balantak. Kami kira urusan kami selesai, nyatanya tidak. Persiapan tidak matang, shalat yang ditinggalkan terkesan sepele bagi muslim dan ketelitian yang kurang soal mobil rental membuat musibah lain bagi kami, mobilnya mogok di tengah hutan sedangkan Bang Sandi sudah di depan, jauh meninggalkan kami.
            Orang yang berlalu lalang di tengah hutan itu menyapa kami, bertanya dan sedikit membantu sehingga kami tau masalahnya adalah ampas kopleng habis jadi mobilnya tidak bisa jalan. Kami berusaha mencari jodoh agar tidak jomblo di jalanan eh salah mencari sinyal maksudnya agar bisa menghubungi Bang Sandi, tapi nihil kami hanya berusaha lagi dan berdoa agar ada yang lewat dan membatu kami. Seorang Bapak dari Kejaksaan membantu kami setidaknya kami tidak merasa jomblo di tengah hutan begitu akhirnya Bang Sandi kembali setelah lama pergi ia sadar kami sudah tidak lagi mengikuti jejaknya. Kak Ilin ketika mobil mogok adalah perempuan pertama yang turun lalu mendorong mobil itu. Tiga jam berkelahi dengan mobil mogok akhirnya Bang Sandi memutuskan mengantar kami ke Desa Pulau Dua sedangkan mobilnya ditarik dengan tali tambang dan di tempatkan di depan warung seorang warga desa dekat hutan mobil kami mogok sekitar 15 menit dari lokasi kejadian.
            Bang Sandi mengantar kami ke rumah Ranto, salah seorang mahasiswanya di Kampus. Usut punya usut ternyata Bang Sandi ini dosen Untika Fakultas Kesehatan Masyarakat. Keluarga Aspin Lamato melayani kami dengan sangat baik, rela mengijinkan kami menginap di rumahnya saat lampu begitu. Bang Sandi bolak-balik Balantak Luwuk hanya tidur selama dua jam dan Mas Har serta Bang Timor terpaksa tidur di mobil karena alat untuk memperbaiki mobil tidak ada apalagi malam sudah terlalu larut.
            Segala permasalahan seolah belum move on dari kami, masalah yang selalu berfikir ia akan jumbo tanpa kami dan jomblo tanpa berpacaran dengan kami. Pagi itu, setelah dipastikan tukang servis mobil akan datang dengan tenang kami pergi ke Pulau Dua. Melewati hutan, menikmati pemandangan sampai ke Pulau Dua tanpa halangan. Saat melihat puncak Pulau Dua kami tergoda mendakinya, manusia nekad dengan modal semangat dan tubuh sehat tanpa persediaan air yang cukup, tanpa perhitungan yang matang dan tanpa P3K kami mendaki bukit Pulau Dua itu. Jalanan terjal, jurang dengan background laut yang cantik adalah pemandangan yang dibayar dengan harga mahal. Beberapa teman robek celananya, luka kaki, lelah tak karuan sampai pusing dan pitam karena kurang air meski pada akhirnya kami mendapatkan pemandangan yang menyelesaikan semua masalah kami, menikmati nikmat Tuhan yang tidak terkira, yang katanya mirip dengan Lombok. Bagiku, perjalanan itu seperti mengejar mimpi, ada tujuan di atasnya yaitu mimpi kita sehingga kita bersemangat untuk sampai ke sana meski rintangannya tidak ringan. Jatuh bangun lagi, luka tahan lalu lanjut lagi akhirnya sampai ke puncak dan menikmati mimpi kita.  Jika kita terjatuh sebelum sampai puncak seperti umpama turun dari bukit terjal berbatu itu, kita harus tetap hati-hati, semangat dan santai biar bisa mengulang semuanya dari awal kembali. Perjalanan itu memberi makna bagiku soal kekuasaan Allah yang tiada tara dan pelajaran lebih teliti serta perencanaan lebih baik terutama tidak sombong pada alam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk ke Bendungan Brayen, Aceh Besar

Nita Juniarti AcehNews.net –  Bendungan Brayen merupakan hasil dari ekspresi keindahan alam dengan perbuatan manusia. Bendungan ini berada di Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh jaraknya sekitar 30 Kilomoter  dari Banda Aceh. Tidak sulit mencarinya, melewati jalur pantai Barat-Selatan, nanti Anda akan menemukan papan bertuliskan  “Wisata Brayen”. Kemudian dari arah pintu masuk tersebut Anda bisa terus berjalan ke lokasi wisata, lebih kurang 100 meter. Ada yang view yang indah saat Anda melintas di jalan masuk tersebut. Jalan lintasan masyarakat kampung yang masih alami ini akan memberi  landscape , sawah tadah hujan dan masyarakat yang berlalu lalang. Jika sedang musim hujan maka harus ekstra hati-hati saat melalui jalan ini. Nita Juniarti-Teman KPM PAR MAheng Biasanya tempat ini dikunjungi oleh keluarga, kaulah muda di hari libur khususnya pukul 15.00 yang paling ramai dikunjungi. Tiket masuknya hanya Rp2.000 per orang dan parkir dengan harga yang sama. Air s

Cerita Film : Jembatan Pensil

Film Jembatan pensil. Latar belakang dari film ini adalah suasana di perkampungan suku Muna, Sulawesi Tenggara. Menariknya, film yang mengangkat kisah Ondeng, si anak berkebutuhan khusus tapi selalu setia pada teman-temannya. Empat sekawan itu bernama Inal, Aska, Nia dan Ondeng berjuang mencari pendidikan dari guru mereka di sebuah sekolah gratis. Inal dan Ondeng sama-sama memiliki kekurangan fisik dan mental. Inal adalah anak tuna netra, sedangkan Ondeng terbelakang secara mental. Keterbatasan yang mereka miliki tak pernah sedikitpun melunturkan niat mereka mencari pendidikan. Ondeng, sangat pintar menggambar. Semua dia gambar salah satu gambarnya adalah jembatan yang sering di lewati oleh teman-temannya. Ondeng rajin sekali menabung, sebab jembatan yang teman-temannya lewati sudah sangat rapuh. Ia ingin menganti jembatan itu. Namun, uang Ondeng belum cukup untuk membuat jembatan malah suatu hari jembatan itu  rubuh saat mereka melintas. Ondeng yang rumahnya lebih jauh dan selal

Prasangka

  Meski sudah belajar banyak, meski sudah tau tips ini itu, sungguh tidak mudah bagi seorang perempuan mengatasi perasaannya sendiri, rasanya teramat mustahil baginya setiap kali ia mengalami guncangan perasaan. Jun dan Wi jarang bertengkar, selama LDRan, Dunia yang berada dalam resesi membuat mereka semakin kalut dengan pertahanan masing-masing. Rencana pernikahan harus ditunda, keadaan tidak memungkinkan. Biasanya salah satu dari mereka mengalah agar tidak terjadi pertengkaran hebat, tapi tidak malam itu, mereka sama-sama jenuh.  "Aku capek sekali, berusaha sebisa mungkin  untuk niat baik. Tapi barangkali kau memahaminya berbeda" teriak Jun diseberang sana  "Kalo kau capek : berhentilah" Wi balas berteriak "Cari uang untuk bisa melamarmu siang dan malam, yakinkan Umi, mama, kamu, dan bahkan meyakinkan dirimu juga aku, semuanya harus kulakukan sendiri. Aneh, bukannya kau yang terdengar ingin berhenti" "Dan aku ga pernah ada bersama kau?" "J