Merpati- Foto Koleksi Pribadi |
Kemarin, Umi (anaknya memanggilnya begitu) sempat berbicara dengan saya melalui Video Call. Kata anaknya yang akhirnya saya putuskan memanggil abang "jaga kesehatan, kata umi". Benar, durasi panggilan 1 menit itu membuat saya teringat donat yang umi kasih setahun lalu saat saya dijemput anak perempuannya bernama Fatimah atau saya panggil kak Fat di pasar, Kota gorontalo. Panggilan itu membuat saya teringat beberapa moment di pulau berwaktu wita itu.
Gorontalo, kota yang saya datangi sekedar lewat itu memberi saya arti keluarga dan arti merantau. Ketika berada di sana, saya memang sempat dimahalkan ongkos naik bentor dan angkot padahal tidak segitu harganya tapi di sana juga menemukan orang baik yang mengantarkan saya ke suatu tempat dengan bayaran murah, yang sedia menjadi guide tour gratis terlebih kota itu mempertemukan saya dengan keluarga kak Fat. Kota gorontalo juga membuat saya melawan ketakutan dalam diri saya, kota yang membuat saya menangis teringat dosa setiap kali saya mengigat kota itu. Bukan banyak kenangan baik tapi juga kenangan buruk namun bagaimanapun kota itu telah memberi saya pelajaran lebih berhati-hati lagi.
Ketika di sana, saya tau ada kopi enak di dekat kampus, donat penuh cinta atau ayam penyet terenak yang saya makan dengan cabe pas rasanya seperti di Aceh.
Kota yang membuat saya tau, ada malam panjang yang harus diselesaikan dengan segala rasa takut. Ada siang yang menyenangkan saat melewati bangunan tua, ada anak tangga panjang yang dilewati berdua.
Ah iya, ini hanya soal mengenang kota, soal memaknai sebuah perjalanan di suatu kota.
Aceh Barat Daya, Suatu siang dengan kenangan
Komentar
Posting Komentar