Berjumpa dengan Pengajar Muda lain adalah momen paling ditunggu untuk mencharger kembali energi yang hilang, memanggil kembali rasa nasionalisme yang hilang atau tenggelam oleh pekerjaan. Indonesia Mengajar Goes to Community di SDIT Rabbani Quraan School, Selasa, 14 Januari 2019, yang paling terniat dibuat diadakan oleh komunitas Agam Inong Aceh Barat Daya.
Akhirnya, setelah setahun janjian dengan Bang Ulil dan Kak Wirda terlaksana juga, Yosa yang Fress from the oven benar-benar membuat kita kembali memanggil jiwa "apa sih yang sudah dibuat untuk negeri ini?"
Cerita Yosa tentang 21 jam naik perahu dari Ternate sampai Sanana, ibu kota kabupaten. Lalu dilanjutkan enam jam berperahu lagi ke Mangoli Barat, kecamatan tempat tugasnya mungkin tidak pernah kurasakan, cukup membuat aku bersyukur karena ditempatkan di Banggai. Terus, cerita tentang uang ringgit, telur Indonesia lebih mahal dari Bang Ulil yang ditempatkan di Nunukan juga tidak kalah menarik. Kak Wirda, Pengajar Muda lebak Banten angkatan 8 yang paling senior di antara kami menceritakan tentang bahasa alien di sana, bahasa Sunda wiwitan namanya dan hanya satu dua orang bisa bahasa Indonesia itu membuat saya ekstra bersyukur, orang luwuk rata-rata bisa bahasa Indonesia meski di desa banyak bahasa Indonesia bercampur dengan bahasa daerah tidak apa-apalah lumayan ada yang terjemahkan.
Bertemu dengan tiga Orang luar biasa ini membuat saya benar-benar bersyukur pernah berada di daerah untuk menyaksikan secara langsung potret pendidikan Indonesia bukan sekedar cerita dari mereka. Bertemu tiga orang kece ini juga membuat saya terus belajar dan menyadari bahwa ada pengalaman yang kita alami tidak sama dengan pengalaman orang lain, bahwa kita harus mengosongkan gelas jika ingin belajar lebih banyak dari pengalaman yang sudah orang lain dapatkan.
"Usia itu hanya angka, terus belajar agar tetap menjadi muda. Menuliskan segala pengalaman agar usia menjadi panjang dari usia di dunia"
Komentar
Posting Komentar