Langsung ke konten utama

Penghuni Malang Melintang

Jangan berdiri di depanku
Karena 'ku bukan pengikut yang baik
Jangan berdiri di belakangku
Karena 'ku bukan pemimpin yang baik
Berdirilah di sampingku
Sebagai kawan
Pernah Ke Bromo

Lirik lagu Banda Neira "sebagai kawan" adalah hal-hal yang kusukai dalam berteman. Sembilan bulan sejak 11 April 2020, saya bekerja di Malang. Saya tinggal di sana, bisa cek tulisan : https://miftahul-syifa.blogspot.com/2020/04/catatan-sebuah-kota-malang-kata-kembali.html?m=1

Sembilan bulan di Malang? konon Jawa dan bersama orang Jawa? Apa rasanya? Dari bangun tidur sampai tidur lagi ketemu mereka terus?, jika boleh jujur tidak ingin tinggal dengan mereka. Tapi, bhinneka itu artinya bukan perbedaan tapi keberagaman. Tuhan, mengirim saya untuk terlibat langsung dengan sesuatu yang dulu pernah saya tidak suka.

Jika ingin berziarah ingatan, ada ingatan tidak menyenangkan tentang sebuah suku di negeri ini pada diriku. Namun, Tuhan menyuruhku melihat lebih jauh dan lebih dalam bahwa semua manusia sama, hanya taqwa perbedaannya. Setelah puluhan tahun, aku mengerti bahwa keberagaman adalah sesuatu yang harus dipahami, dipelajari, bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan. Aku berdamai, patnerku keduanya orang Jawa, setidaknya orang jawa.  

Nita, Ika, Wulan


Bertemu dua patner belajar ini, nyatanya salah satu hal yang harus kusyukuri, wajib malah. Drama antara kami? Ada dong, apalagi aku manusia yang paling tidak tahan menyimpan rahasia-rahasia di hati, jika tidak senang kuungkapkan. Jika keren, kupuji, jika tidak berkenan kubilang hahaha. Nah, kebetulan patner bertumbuh kali ini lebih sedikit dan semuanya perempuan.  

1. Mbak Ika
Boompring bersama Ika

Sejatinya, Ika Nur Herlianti adalah adik tingkatku. Harusnya sih dipanggil Dik, namun diawal perkenalan dahulu aku terlanjur memanggil Mbak karena pembawaannya yang dewasa. Saat pertama sekali tau bahwa aku akan ditempatkan denganku, dia bilang "aku akan ketawa terus kayagnya, kak Nit orangnya lucu". Aku cepat-cepat memotong "jangan berekspetasi tinggi tentangku, sebab kau belum tau". Sejujurnya, baru kali ini aku cepat membuka diriku yang absur dalam pertemuan seminggu. Biasanya, aku memilih duduk dibelakang, diam dan tidak terlihat. Mbak Ika ini, seorang perempuan laten, pintar memasak dan senang make up. Seorang bidan yang baik, didukung STR yang sudah keluar itu. Aku dirawat dengan baik ketika sakit, jika boleh merekomendasikan ia sudah cocok jadi bidan dan punya klinik hehehe. Jangan laporkan kesusahan pada Mbak Ika, atau kau akan menyusahkannya. Perempuan ini, seolah-olah punya prinsip ia harus menolong orang-orang dalam kesusahan. Asli Jawa Tengah, Alumni Kebidanan UGM, diawal medok jawanya luar biasa, suka bercerita, teman motoran yang seru dan teman ghibah cantik sampai tengah malam. Jika ngobrolin orang desa, gosip-gosip tipis di sekolahan paling cocok cerita dengan Mbak Ika dari kami tinggal di rumah sekasur bertiga di Desa Kasri sampai satu kamar sendiri, tetap Mbak Ika menghadirkan info-info terhangat.  Kadang juga cerita horor tentang rumah kami yang didatangi gadis kecil, serem ih. Pokoknya, nyari teman cerita ke Mbak Ika deh, top markotop. Selain itu, untuk perjalaann yang jelas tujuannya, Mbak Ika cukup asik diajak jalan, teman menanjak juga, ngak main tinggal kawan. Mbak ika ditempatkan sebagai Fasilitator Posyandu di 5 Posyandu desa Kasri. Terakhir bertemu dan sedikit bergosip ya di Jogjakarta, sebuah kenangan manis yang lain setelah kesal menunggu hampir sejam.

2. Wulan
Pantai Balekambang bersama Wulan

Ini nih, sebenar-benarnya patner kerja. Kami ditempatkan di Malang, 10 sekolah untuk berdua. Terserah mau pakai strategi apa namun tetap saja harus kelola 10 sekolah. Jika ingin tau bagaimana disiplin kerja, Wulan akhirnya menjadi rujukan. Ah iya, nama lengkap perempuan yang memilih jadi pendiam saat aku dan mbak Ika sedang ghibah sebenarnya adalah Yunita Wulandari. Biasanya di Unit dia dipanggil Nita 2. Biar mudah diingat barangkali, repot menghafal nama terlalu banyak. Wulan asal Lampung bersuku Jawa yang transmigran, Alumni Fakultas Ilmu Sosial UI. Aku bertemu Wulan di DA, kami malah satu kelompok diskusi. Anehnya lagi, kami sama-sama lahir di bulan Juni meski dia lahir 25 Juni beberapa tahun setelahku. Anehnya lagi, perempuan ini takut sama bengkuang, pernah suatu hari ketika ke pasar Turen, dia tidak tau itu bengkuang lalu tiba-tiba tersentuh dan keliatan mengigil dan geli. Meski Wulan lebih muda dariku, sebenarnya kami kelihatan sebaya (loh) hahaha. Di awal-awal, aku sampai kesal karena Wulan selalu bekerja dan bekerja. Kalau dilihat-lihat, dia selalu mau menjadi superhero pada setiap pekerjaannya, bekerja sebaik-baiknya. Namun, sejauh ini dia menempati posisi teratas untuk orang yang kubonceng dibelakang motor. Ah, jangan disoal perjalanan kami hanya menggunakan maps menembus belantara hutan, bukit, tersesat di sepinya gunung, naik rakit karena Maps! Tidak ada yang melawan perjalanan itu, untung sih Wulan tidak banyak komentar saat kubonceng sehingga kami sudah berjalan hampir menggelilingi semua kota Malang. Teman jajan juga, apalagi soal ciki-ciki, es krim dan bucinnya micin hahaha. Aku paling sering marah-marah pada Wulan apalagi soal kerjaan, jangan tanya dah. Oh iya, diawal-awal juga senang berkebun, belajar hidup sehat meski diakhir jadi kendor sedikit tapi masih rajin juga. Semoga nanti betul rajin hidup sehat ya Lan.

Ngemall dulu bertiga

Meski namanya Tim Malang Melintang, kami hobi makan dan berpetualang makanan kok. Meski perkenalanan dengan penghuni Malang Melintang yang ditulis malah diakhir penugasan. Setiap harinya, aku bersyukur melihat mereka berkembang menjadi orang hebat yang berguna bagi agama dan bangsa, tumbuh dengan amat membanggakan dan aku belajar dari mereka. Ah iya, kami punya baju yang sama saat di Malang hahaha. Baju anak Panti, kata Wulan. Sayang, kami tidak punya foto baju itu saat digunakan bersama, memang sih anak Malang tak hobi foto juga, suka lupa foto apalagi jika sudah jumpa makanan, lupa segalanya.

Kampung 3D Malang

Terakhir, Aku, Nita Juniarti yang hobi kesal sendiri jika melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan fikiranku. Aku yang belajar banyak dari 2 penghuni Malang Melintang. Oh iya, diangkatan ini kami ada 18 orang, aku ingin mengirim doa untuk Fasilitator lain di kabupaten Lampung Selatan, Padang, Mamuju, Cirebon dan Enrengkang, kucatat disini agar aku tidak lupa bahwa mereka juga punya kisah dan drama sendiri di tempat masing-masing. Hey, selamat kita sudah menyelesaikannya dan kita sudah berhasil. Semoga bertemu kembali, sebab kita tidak sempat bertemu diakhir program. Aku percaya, ketika kita ditakdirkan berpatner dengan manusia di luar diri kita, Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk masa depan yang masih belum tersikap misterinya.  Terus belajar, berproses dan berbahagia.

Aceh Barat Daya, 27 April 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk ke Bendungan Brayen, Aceh Besar

Nita Juniarti AcehNews.net –  Bendungan Brayen merupakan hasil dari ekspresi keindahan alam dengan perbuatan manusia. Bendungan ini berada di Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh jaraknya sekitar 30 Kilomoter  dari Banda Aceh. Tidak sulit mencarinya, melewati jalur pantai Barat-Selatan, nanti Anda akan menemukan papan bertuliskan  “Wisata Brayen”. Kemudian dari arah pintu masuk tersebut Anda bisa terus berjalan ke lokasi wisata, lebih kurang 100 meter. Ada yang view yang indah saat Anda melintas di jalan masuk tersebut. Jalan lintasan masyarakat kampung yang masih alami ini akan memberi  landscape , sawah tadah hujan dan masyarakat yang berlalu lalang. Jika sedang musim hujan maka harus ekstra hati-hati saat melalui jalan ini. Nita Juniarti-Teman KPM PAR MAheng Biasanya tempat ini dikunjungi oleh keluarga, kaulah muda di hari libur khususnya pukul 15.00 yang paling ramai dikunjungi. Tiket masuknya hanya Rp2.000 per orang dan parkir dengan harga yang sama. Air s

Cerita Film : Jembatan Pensil

Film Jembatan pensil. Latar belakang dari film ini adalah suasana di perkampungan suku Muna, Sulawesi Tenggara. Menariknya, film yang mengangkat kisah Ondeng, si anak berkebutuhan khusus tapi selalu setia pada teman-temannya. Empat sekawan itu bernama Inal, Aska, Nia dan Ondeng berjuang mencari pendidikan dari guru mereka di sebuah sekolah gratis. Inal dan Ondeng sama-sama memiliki kekurangan fisik dan mental. Inal adalah anak tuna netra, sedangkan Ondeng terbelakang secara mental. Keterbatasan yang mereka miliki tak pernah sedikitpun melunturkan niat mereka mencari pendidikan. Ondeng, sangat pintar menggambar. Semua dia gambar salah satu gambarnya adalah jembatan yang sering di lewati oleh teman-temannya. Ondeng rajin sekali menabung, sebab jembatan yang teman-temannya lewati sudah sangat rapuh. Ia ingin menganti jembatan itu. Namun, uang Ondeng belum cukup untuk membuat jembatan malah suatu hari jembatan itu  rubuh saat mereka melintas. Ondeng yang rumahnya lebih jauh dan selal

makalah ISBD : masyarakat Kota dan Desa

MASYARAKAT DESA DAN KOTA D I S U S U N Oleh : Kelompok III KHAIRINA                 (511102479) PARDI                                     (511102485) NURHASANAH         (511002209) FAKULTAS ADAB JURUSAN ASK INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AR-RANIRY 201 2 KATA PENGANTAR              Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan kesehatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah. Shalawat serta salam tidak lupa kami limpahkan kepada baginda alam kita           Nabi             Muhammad     SAW. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar dengan judul “Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota”. Makalah ini menjelaskan tentang pengertian dari masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan serta hubungannya antara masyarakat perkotaan dengan masyarakat pedesaan.              Meskipun banyak hambatan yang kami dapatkan, tidak menjadi penghalang dalam penyusunan makalah ini. Kami ucapkan terima ka