Langsung ke konten utama

Perkara Doa


Doa itu dua sisi bukan cuma permintaan akan keinginan tapi juga memohon petunjuk. Jleb, tiba-tiba aku macam ditimpa oleh aliran listrik ribuan volt karena betapa seringnya dibeberapa keputusan mengabaikan Tuhan lalu ketika dipertengahan jalan aku bermasalah meraung-raung memanggil Tuhan "Ya Allah, salahku apa. Kenapa ini terjadi padaku? Padahal sejak awal aku tidak meminta petunjuk Tuhan saat mengambil keputusan, betapa lucunya. 
------------------------------------------
Aku dipecat dari pekerjaanku, cerita temanku. Aku dipecat tanpa alasan yang jelas, ujarnya. Dua tahun lalu dengan emosi ia menceritakan itu padaku, mungkin dia sudah lupa cerita itu, tapi aku ingat. Beberapa hari yang lalu dia datang padaku "masya Allah Nit, aku engga nyangka loh kita jumpa di sini". Aku dan dia bertemu di kota yang berbeda dari tanah kelahiran kami. Senang sekali rasanya bertemu kembali. Lalu, mulailah ia menceritakan jatuh bangun setelah dia dipecat hingga tiga bulan setelah dia dipecat dia diterima dipekerjaan yang sangat diimpikan sejak SMP. Apa itu? Bekerja sambil jalan-jalan. Masya Allah, ternyata ia dipecat itu, oleh Allah membuat ia lebih kuat dan jalan untuk mengapai cita-cita yang di doakan puluhan tahun lalu. Ketika dia dipecat ia lebih sering berdoa, lebih agamis lalu keajaiban demi keajaiban terjadi dalam hidupnya. Masya Allah. Lewat temanku, aku kembali Tuhan panggil untuk pulang pada-Nya. Lebih luas, aku diberi pelajaran bahwa bisa saja ujian untuk kita datang karena doa kita "Tuhan beri aku sabar, Tuhan kuatkan aku" sesuatu yang kita minta haruslah dievaluasi oleh Tuhan sehingga kita bertumbuh terus dan terus layaknya bunga matahari yang berkembang membuat kumbang bolak-balik hendak hinggap di atasnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk ke Bendungan Brayen, Aceh Besar

Nita Juniarti AcehNews.net –  Bendungan Brayen merupakan hasil dari ekspresi keindahan alam dengan perbuatan manusia. Bendungan ini berada di Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh jaraknya sekitar 30 Kilomoter  dari Banda Aceh. Tidak sulit mencarinya, melewati jalur pantai Barat-Selatan, nanti Anda akan menemukan papan bertuliskan  “Wisata Brayen”. Kemudian dari arah pintu masuk tersebut Anda bisa terus berjalan ke lokasi wisata, lebih kurang 100 meter. Ada yang view yang indah saat Anda melintas di jalan masuk tersebut. Jalan lintasan masyarakat kampung yang masih alami ini akan memberi  landscape , sawah tadah hujan dan masyarakat yang berlalu lalang. Jika sedang musim hujan maka harus ekstra hati-hati saat melalui jalan ini. Nita Juniarti-Teman KPM PAR MAheng Biasanya tempat ini dikunjungi oleh keluarga, kaulah muda di hari libur khususnya pukul 15.00 yang paling ramai dikunjungi. Tiket masuknya hanya Rp2.000 per orang dan parkir dengan harga yang sama. Air s

Prasangka

  Meski sudah belajar banyak, meski sudah tau tips ini itu, sungguh tidak mudah bagi seorang perempuan mengatasi perasaannya sendiri, rasanya teramat mustahil baginya setiap kali ia mengalami guncangan perasaan. Jun dan Wi jarang bertengkar, selama LDRan, Dunia yang berada dalam resesi membuat mereka semakin kalut dengan pertahanan masing-masing. Rencana pernikahan harus ditunda, keadaan tidak memungkinkan. Biasanya salah satu dari mereka mengalah agar tidak terjadi pertengkaran hebat, tapi tidak malam itu, mereka sama-sama jenuh.  "Aku capek sekali, berusaha sebisa mungkin  untuk niat baik. Tapi barangkali kau memahaminya berbeda" teriak Jun diseberang sana  "Kalo kau capek : berhentilah" Wi balas berteriak "Cari uang untuk bisa melamarmu siang dan malam, yakinkan Umi, mama, kamu, dan bahkan meyakinkan dirimu juga aku, semuanya harus kulakukan sendiri. Aneh, bukannya kau yang terdengar ingin berhenti" "Dan aku ga pernah ada bersama kau?" "J

Cerita Film : Jembatan Pensil

Film Jembatan pensil. Latar belakang dari film ini adalah suasana di perkampungan suku Muna, Sulawesi Tenggara. Menariknya, film yang mengangkat kisah Ondeng, si anak berkebutuhan khusus tapi selalu setia pada teman-temannya. Empat sekawan itu bernama Inal, Aska, Nia dan Ondeng berjuang mencari pendidikan dari guru mereka di sebuah sekolah gratis. Inal dan Ondeng sama-sama memiliki kekurangan fisik dan mental. Inal adalah anak tuna netra, sedangkan Ondeng terbelakang secara mental. Keterbatasan yang mereka miliki tak pernah sedikitpun melunturkan niat mereka mencari pendidikan. Ondeng, sangat pintar menggambar. Semua dia gambar salah satu gambarnya adalah jembatan yang sering di lewati oleh teman-temannya. Ondeng rajin sekali menabung, sebab jembatan yang teman-temannya lewati sudah sangat rapuh. Ia ingin menganti jembatan itu. Namun, uang Ondeng belum cukup untuk membuat jembatan malah suatu hari jembatan itu  rubuh saat mereka melintas. Ondeng yang rumahnya lebih jauh dan selal