Langsung ke konten utama

Setelah 10 Tahun


Ayah Ky sudah meninggal
sebuah pesan masuk melalui WA tengah hari tua.
Deg, sudah lama sekali tidak masuk WA dari pemilik nama “Ky” di handphoneku. Aku tidak membalas pesan itu hingga malam tiba, malamnya baru kuputuskan melepon saja. Aku dan Iky, lelaki itu kami seumuran dan berkenalan ketika jaman SMA. Agak lama, baru kemudian diangkat.
“Maaf, telpon malam-malam.”
“Tidak apa-apa, terima kasih.” Lantas tanpa segan ia menangis, lama sekali. Aku hanya mendengar tangisannya, tanpa berkomentar.
“Fa, maafin kesalahan ayah Iky ya”
“Sudahlah, Fa sudah memaafkan ayah ky sejak dulu. Fa bersyukur karena sikap ayah ky kita jadi berjalan lebih jauh dalam beberapa tahun ini, khususnya Fa” 
Ia masih sesegukan, tidak pernah segan meski ia lelaki. Aku mengerti yang dimaksud oleh Iky, 10 tahun silam setelah beres dari SMA dan berpacaran 2 tahun dengan Iky, aku berniat hijrah. Ingin menjadi orang lebih baik dengan ikut kajian, salah satu yang dianjurkan dalam grup pengajian adalah tidak punya pacar atau jika enggan putus maka menikahlah. Aku mengutarakan hal itu pada Iky, responnya diluar dugaanku. Ia minta kami menikah, minimal tunangan. Namun, ketika ia membicarakan ini dengan keluarganya, ayahnya menolak mentah-mentah bahkan mengancam mengusir iky jika masih ngotot ingin menikah. Keluargaku? Sama, tidak setujunya karena kami baru akan kuliah semester 1. Hal inilah, yang menyebabkan kami putus, lebih tepatnya aku yang memutuskan Iky secara sepihak.

Bertahun-tahun setelah putus, hubungan kami membaik, ia hanya marah sebentar padaku. Aku dan dia jadi teman, ia berbagi banyak hal padaku terutama tentang pacar-pacar barunya. Sementara aku sendiri tidak berpacaran dengan siapapun, aku tidak akan mengantikannya sebagai pacar satu-satunya yang pernah ada di dunia. Ia juga masih ada untukku ketika aku tidak membawa uang saat menfotocopy bahan kuliah di dekat kampus. Lantas kenapa aku butuh pacar? Ketika upacara kelulusan digelar, aku lulus lebih dulu darinya. 

Bertahun-tahun setelah kami putus, dia masih inspirasi pada beberapa tulisanku, ia masih lelaki terbaik yang pernah kuingat bagaimana dia mensupportku agar tulisanku dimuat di koran lokal. Dia memang bukan penulis, anti malah dan tidak mengerti tentang tulisan, tidak pernah membaca karya sastra tapi dia yang terbaik dalam hal mendukungku, menjadi penulis, menjadi sarjana. 

"Apakah tanggal 7.7.2017, janji masa SMA itu masih berlaku?" tanyaku suatu hari
"lihat nanti"

Tahun 2017, aku merantau beda pulau dengan Iky dan aku bertanya soal kelanjutan hubungan kami.

"sepertinya, kita tidak akan menikah Fa. Iky punya perempuan lain. Lagi pula, Fa keren sekali sekarang, karirnya gemilang. Iky takut saat kita menikah, iky hanya jadi pembantu saat Fa mengisi seminar-seminar keren itu"

Aku diam saja dengan alasannya, klasik. Kubiarkan saja. Beberapa tahun kami tidak berkomunikasi setelah itu. Akhirnya, tahun ke-10 setelah kami putus dan ia mengabari Ayahnya meninggal, sebelumnya memang kami sering bertukar kabar dan pesan.

[26/5 17:37] Ky: Eh, nanti jika pacarku chat yang sabar ya🙏🏻
[26/5 18:05] Fa: kenapa memangnya ? Cemburu ?
[26/5 18:33] Ky: Cmburu dia
[26/5 18:37] Fa: Ada pertayaan boleh?
[26/5 18:37] Ky: Boleh
[26/5 18:39] Fa: Iky selalu memperingatkan mantan kalau ada pacar baru?
[26/5 19:23] Ky: tidak, tadi dia lihat chat tadi ga sengaja.

Padahal, kisah itu sudah lewat 10 tahun lalu. Entahlah, Tuhan seolah sedang memberiku pelajaran hebat. Di masa depan, jika aku punya anak. Akan kuberitahu padanya bahwa ada orang-orang yang terlibat di masa lalu itu, tidak terlupakan. Orang-orang itu, diam-diam tinggal dalam buku kenangan tanpa mau berpindah, selamanya. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk ke Bendungan Brayen, Aceh Besar

Nita Juniarti AcehNews.net –  Bendungan Brayen merupakan hasil dari ekspresi keindahan alam dengan perbuatan manusia. Bendungan ini berada di Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh jaraknya sekitar 30 Kilomoter  dari Banda Aceh. Tidak sulit mencarinya, melewati jalur pantai Barat-Selatan, nanti Anda akan menemukan papan bertuliskan  “Wisata Brayen”. Kemudian dari arah pintu masuk tersebut Anda bisa terus berjalan ke lokasi wisata, lebih kurang 100 meter. Ada yang view yang indah saat Anda melintas di jalan masuk tersebut. Jalan lintasan masyarakat kampung yang masih alami ini akan memberi  landscape , sawah tadah hujan dan masyarakat yang berlalu lalang. Jika sedang musim hujan maka harus ekstra hati-hati saat melalui jalan ini. Nita Juniarti-Teman KPM PAR MAheng Biasanya tempat ini dikunjungi oleh keluarga, kaulah muda di hari libur khususnya pukul 15.00 yang paling ramai dikunjungi. Tiket masuknya hanya Rp2.000 per orang dan parkir dengan harga yang sama. Air s

Cerita Film : Jembatan Pensil

Film Jembatan pensil. Latar belakang dari film ini adalah suasana di perkampungan suku Muna, Sulawesi Tenggara. Menariknya, film yang mengangkat kisah Ondeng, si anak berkebutuhan khusus tapi selalu setia pada teman-temannya. Empat sekawan itu bernama Inal, Aska, Nia dan Ondeng berjuang mencari pendidikan dari guru mereka di sebuah sekolah gratis. Inal dan Ondeng sama-sama memiliki kekurangan fisik dan mental. Inal adalah anak tuna netra, sedangkan Ondeng terbelakang secara mental. Keterbatasan yang mereka miliki tak pernah sedikitpun melunturkan niat mereka mencari pendidikan. Ondeng, sangat pintar menggambar. Semua dia gambar salah satu gambarnya adalah jembatan yang sering di lewati oleh teman-temannya. Ondeng rajin sekali menabung, sebab jembatan yang teman-temannya lewati sudah sangat rapuh. Ia ingin menganti jembatan itu. Namun, uang Ondeng belum cukup untuk membuat jembatan malah suatu hari jembatan itu  rubuh saat mereka melintas. Ondeng yang rumahnya lebih jauh dan selal

Prasangka

  Meski sudah belajar banyak, meski sudah tau tips ini itu, sungguh tidak mudah bagi seorang perempuan mengatasi perasaannya sendiri, rasanya teramat mustahil baginya setiap kali ia mengalami guncangan perasaan. Jun dan Wi jarang bertengkar, selama LDRan, Dunia yang berada dalam resesi membuat mereka semakin kalut dengan pertahanan masing-masing. Rencana pernikahan harus ditunda, keadaan tidak memungkinkan. Biasanya salah satu dari mereka mengalah agar tidak terjadi pertengkaran hebat, tapi tidak malam itu, mereka sama-sama jenuh.  "Aku capek sekali, berusaha sebisa mungkin  untuk niat baik. Tapi barangkali kau memahaminya berbeda" teriak Jun diseberang sana  "Kalo kau capek : berhentilah" Wi balas berteriak "Cari uang untuk bisa melamarmu siang dan malam, yakinkan Umi, mama, kamu, dan bahkan meyakinkan dirimu juga aku, semuanya harus kulakukan sendiri. Aneh, bukannya kau yang terdengar ingin berhenti" "Dan aku ga pernah ada bersama kau?" "J