Sekian bulan setelah kau menanti tangan banyak orang bersamaan dengan ucapan semoga barakah, langgeng selalu dan cepat mendapatkan momongan. Kau kembali mengabariku, aku tak paham apakah ini sebuah pedih yang kau simpan sebelum hari dengan lancar kau ucapkan akad tapi bukan namaku? entah ini hanya sebuah kisah belum kau selesaikan.
Setelah sekian bulan, ketika melihat bulan di langit kau mengatakan bahwa kau mengenangku. Aku paham, Kau tidak bisa membohongi kenangan bersama bulan yang menemani kita berdua ketika merangkai rindu diatap rumahmu hari itu.
Sebuah janji yang pasti kau ucapkan saat malam merambat sunyi “aku tidak mau kehilanganmu”seolah mengikat kakimu, menghujam. Kau yang menyimpan bekas botol air mineral di kamarmu yang iseng kuberikan saat mengikuti sebuah kegiatan relawan, kau letakkan itu, diantara pajangan kamar yang megah. Lalu, diam-diam sebelum aku meninggalkan kotamu kau masukkan ke dalam tasku "pergi dan jangan melihat ke belakang, aku tidak suka ditatap oleh orang yang pergi meninggalkanku. Lihat hadiah dariku nanti, ketika sampai di kamar" Aku mengikuti saranmu, mau bagaimana? Kota air ini memang mempertemukan kita, tapi ini bukan kotaku dan aku harus pulang kepangkuan ibu, yang jaraknya bermil-mil jauh darimu.
Setelah berbulan-bulan kau beri rasa kehilangan yang tak kubayangkan, begitu tenang dan penuh diskusi. Kau datang, menyapa, katamu hidupmu baik-baik saja hanya saja terkadang kau rindu berdiskusi denganku. Aku tidak masalah, hanya saja aku merasa kasihan pada perempuan di sampingmu. Bagaimana kau memasukkan matra rindu dalam otaknya setiap kau akan pergi tidur? Bagaimana kau mengatakan dia satu-satunya? Padahal dalam hatimu kau menyimpan namaku, sungguh pembohong dan sungguh kau telah menodai sesuatu yang suci dan saklar.
Kau memang berhasil membuatku mencintai malam, mencintai radio, menyenangi hujan, merindukan perjalanan, mengambil peran pada lagu-lagu kenangan, namun saat kau utarakan keputusanmu akupun sudah memutuskan meletakkan kau menjadi masa lalu yang tidak akan kujamah lagi.
Apakah dalam senyum bahagiamu bersama keputusanmu beberapa bulan silam itu, terselip rasa sakit karena jarak? Jangan menyesal, kau memilih dan kau harus bertanggung jawab pada pilihanmu itu. Lagi pula perbedaannya sekarang hanyalah aku bukan kekasihmu, sisanya sama, kau masih bisa mengajakku diskusi dan mendengarkan pendapatku yang kau sukai itu.
Komentar
Posting Komentar